REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Akibat dampak dari kondisi cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini sangat dirasakan oleh petani kangkung.

Sebab, jika terjadi turun hujan disertai angin, kangkung tidak dapat tumbuh dengan baik, pun sebaliknya apabila panas terik membuat daun jadi menguning, bahkan memicu hama.
Salah satu petani kangkung di Jalan Sukamaju Ujung, Kota Banjarbaru, Sudirman mengaku, panen sekarang bisa disebut tidak berhasil karena banyaknya daun kangkung yang rusak.
Padahal, katanya saat ini baru memasuki musim pancaroba (peralihan musim hujan ke kemarau) belum memasuki musim kemarau tetapi dampaknya sudah mulai terasa.
“Cuaca mempengaruhi, kadang-kadang batangnya tumbuh benjolan, terus daunnya banyak bintik-bintiknya,” ujarnya. Sabtu (11/5/24).
Sudirman menuturkan, dengan luasan lahan sekitar 1 hektare ini, banyak pertumbuhan kangkung tidak maksimal, sehingga menyebabkan hasil panen menurun dari biasanya.
Adapun harga kangkung Rp3.500 apabila dijual kepasar, tetapi jika membeli kerumah seharga Rp2 ribu per ikat.
“Jadi hasil panennya berkurang, biasanya 1 kilogram dalam sehari dapat 300 ikat tapi sekarang hanya sekitar 200 ikat,” ucapnya.
Sebelumnya, salah satu petani bawang prei di Jalan Sukamaju Ujung, Kota Banjarbaru, Soliah menerangkan, kondisi suhu yang ekstrem dapat merusak tanaman, sehingga dapat produktivitas dan kualitas hasil panen.
Tak hanya itu, kekurangan air dan kelebihan air dapat merugikan pertumbuhan tanaman yang menyebabkan penyakit seperti jamur dan bakteri.
“Cuaca begini bawang prei banyak yang busuk dan mati, bahkan sekarang panennya berkurang tidak begitu banyak,” katanya.
Oleh karena itu, kondisi cuaca ekstrem sangat berpengaruh terhadap hasil panen para petani, bahkan menyebabkan ketidakmaksimalan pertumbuhan tanaman.
“Sebelumnya panen bisa sampai 1 ton lebih, sekarang tidak sampai paling sekitar 9 pikul atau 900 kilogram,” ujarnya.
Meski demikian, Soliah mengaku selalu berupaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanamannya agar tetap bagus dan maksimal dengan memberikan vitamin.
“Kalau menggunakan bibit yang bijian itu prosesnya terlalu lama minimalnya 6 bulan baru bisa dipanen, sedangkan membibit sendiri tidak terlalu lama sekitar 2 sampai 3 bulan sudah bisa dipanen,” jelasnya.
Adapun sebelumnya harga bawang prei berkisar diangka Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp60 ribu per kilogram.
“Sekarang mendingan Rp60 ribu, sebelumnya seharga Rp20 ribu sampai Rp30 ribu, tapi bibitnya juga mahal,” pungkasnya.