REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Ratusan massa yang tergabung dalam Komite Rakyat Berlawan Kaltim turun ke jalan untuk memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, Kamis (1/5) siang.

Aksi yang digelar di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur ini membawa berbagai tuntutan dari kalangan buruh, mahasiswa, hingga pekerja pers yang menyoroti ketimpangan struktural dalam dunia kerja.

Mereka membawa poster, spanduk, serta orasi yang menyuarakan keresahan atas kondisi kerja yang buruk.
Sorotan utama dalam aksi ini datang dari kelompok buruh perempuan dan jurnalis yang menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah justru semakin memperparah kondisi kerja mereka.
Refinaya, Ketua Perempuan Mahardhika Samarinda, menegaskan bahwa perempuan kerap tidak diakui sebagai buruh, meski turut menyumbang tenaga dalam berbagai sektor kerja, baik formal maupun informal.
“Seluruh perempuan adalah buruh. Tapi pemerintah masih tutup mata dan tidak mengakui pekerjaan perempuan,” ujarnya dalam orasi sambil menenteng kardus bertuliskan Semua Perempuan adalah Pekerja.
Ia menyebut Hari Buruh seharusnya menjadi momentum perlawanan terhadap ketimpangan struktural yang membelenggu kelompok perempuan.
“May Day adalah perlawanan. Selama masih ada ketimpangan, selama buruh belum menjadi subjek utama dalam kebijakan, perjuangan ini belum selesai,” tegasnya.
Isu lain yang turut mencuat adalah kondisi kerja jurnalis perempuan.
Titah, Koordinator Komite Basis Jurnalis Perempuan Mahardhika, mengungkapkan bahwa banyak kontributor media yang bekerja tanpa kontrak, upah yang layak, atau jaminan sosial.
Hal ini diperparah dengan sistem kerja fleksibel yang dinilai memperkuat ketidakpastian dan eksploitasi.
“Di ruang redaksi, kami menghadapi kontrak jangka pendek, upah rendah, dan situasi kerja yang tidak aman, termasuk kekerasan seksual yang kerap dibungkam. Omnibus Law hanya memperkuat eksploitasi itu,” katanya.
Ia menyerukan pentingnya jaminan perlindungan kerja bagi jurnalis, terutama perempuan.
Perempuan kerap mengalami kerentanan ganda: sebagai pekerja dan sebagai perempuan.
Aksi damai ini berlangsung hingga menjelang sore hari.
Mereka menegaskan bahwa perjuangan buruh akan terus berlanjut hingga keadilan dan pengakuan terpenuhi.