Ketua panitia, Masdiar menjelaskan bahwa panitia awalnya sudah terbentuk melalui musyawarah empat organisasi di bawah naungan NU, yakni Muslimat NU, Ansor, dan Fatayat, serta didukung masyarakat setempat. Bahkan, undangan resmi kepada Bupati dan Wakil Bupati sudah dilayangkan, dan Bupati sendiri dikabarkan bersedia hadir.
Namun, beberapa hari menjelang acara, panitia mengaku mendapat berbagai tekanan, termasuk ancaman mutasi terhadap salah satu anggota panitia yang berstatus ASN.
“Kami dipanggil, ditekan supaya acara ini tidak jadi dilaksanakan, khususnya karena Bupati mau hadir. Ada yang bahkan diancam dimutasi hanya gara-gara terlibat dalam kepanitiaan,” ungkap Masdiar dengan nada kecewa, Jumat (19/9/25).
Camat Barus, Sanggam Panggabean membenarkan adanya intervensi eksternal yang membuat panitia tidak lagi tenang melaksanakan persiapan.
“Seluruh panitia merasa terintimidasi. Akhirnya, donasi yang sudah terkumpul dari masyarakat terpaksa kami kembalikan, karena suasana tidak kondusif,” tegasnya.
Masyarakat Pasar Terandam sendiri mengaku kecewa. Mereka sebenarnya mendukung penuh pelaksanaan acara keagamaan tersebut. “Ini Maulid Nabi, perintah agama. Kenapa sampai digagalkan hanya karena persoalan kehadiran Bupati?” keluh salah seorang tokoh masyarakat.
Meski demikian, pemerintah kecamatan berjanji akan tetap memfasilitasi kegiatan Maulid Nabi pada waktu lain dengan menggandeng berbagai organisasi keagamaan agar suasananya lebih inklusif.
“Kami tidak menolak Maulid Nabi. Hanya karena tekanan situasi, acara ini tidak bisa dipaksakan. Ke depan, akan kita adakan kembali bersama NU, Muhammadiyah, dan masyarakat,” pungkas Camat.
Pembatalan ini menuai banyak tanda tanya di kalangan warga, terutama soal keterlibatan oknum anggota dewan yang disebut-sebut berperan dalam menekan panitia. Warga berharap pemerintah daerah tidak tunduk pada intervensi semacam ini, karena acara Maulid Nabi merupakan kegiatan keagamaan yang semestinya mendapat dukungan penuh. (Jerry).