Penghargaan bergengsi ini diberikan dalam kategori “Indikator Peran BRIDA dalam Optimalisasi Potensi dan/atau Penyelesaian Permasalahan Daerah”. Pengakuan tersebut menjadi bukti nyata bahwa Kabupaten Banjar mampu menghadirkan solusi inovatif berbasis riset dalam menjawab tantangan pembangunan daerah.
Dari total 24 provinsi, 187 kabupaten, dan 41 kota di seluruh Indonesia yang dievaluasi, hanya 39 daerah yang berhasil meraih apresiasi tersebut, termasuk Kabupaten Banjar. Proses penilaian dilakukan secara ketat oleh BRIN, melibatkan analisis terhadap program, kebijakan, dan efektivitas inovasi daerah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan.
Wakil Bupati Banjar, Said Idrus Al-Habsyi, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh jajaran Bappedalitbang serta perangkat daerah yang telah berkolaborasi dalam mendorong terciptanya ekosistem inovasi.
“Capaian ini merupakan buah dari kerja keras kolaboratif seluruh jajaran Bappedalitbang dan para pemangku kepentingan di Kabupaten Banjar. Ini menjadi bukti bahwa kami fokus melaksanakan inovasi secara berkelanjutan untuk mengoptimalkan potensi daerah sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan,” ujar Habib Idrus.
Ia menegaskan, penghargaan dari BRIN ini akan menjadi motivasi baru bagi Pemkab Banjar untuk terus memperkuat riset dan inovasi daerah yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Inovasi “Gerbang Kakapayu” Jadi Model Keberhasilan Daerah
Keberhasilan Banjar meraih apresiasi ini tak lepas dari inovasi unggulan daerah yang kini menjadi contoh nasional, yaitu Program Gerbang Kakapayu (Gerakan Pengembangan Kawasan Kampung Papuyu).
Program ini lahir dari keprihatinan atas menurunnya populasi ikan papuyu (Anabas testudineus), salah satu komoditas lokal khas Banjar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Melalui riset dan pendekatan berbasis komunitas, Gerbang Kakapayu hadir untuk mengembalikan kejayaan ikan papuyu sekaligus menggerakkan ekonomi perikanan rakyat.
Menurut Bandi Chairullah, S.Pi, MS, selaku inovator program sekaligus Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Banjar, Gerbang Kakapayu bukan sekadar proyek perikanan, tetapi juga sarana pemberdayaan masyarakat.
“Inovasi ini kami fokuskan pada pembinaan intensif, pelatihan teknis, serta pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Dari awalnya hanya dua kelompok di satu kecamatan, kini telah berkembang menjadi 10 Pokdakan di tujuh desa Kecamatan Karang Intan dan tiga desa di Martapura Barat,” jelas Bandi.
Hasilnya pun sudah dapat dirasakan. Dalam tahap awal pelaksanaan tahun 2024, Gerbang Kakapayu berhasil memproduksi lebih dari 5 ton ikan papuyu, memberikan dampak ekonomi nyata bagi keluarga pembudidaya. Pendapatan masyarakat meningkat, sementara populasi ikan lokal kembali terjaga.
Melihat keberhasilan tersebut, Pemkab Banjar berencana mereplikasi program ini ke wilayah lain melalui program lanjutan bertajuk “Intan Sikapayu” pada tahun 2025, sebagai upaya memperluas dampak positif bagi masyarakat pesisir dan pedesaan.
Banjar Diakui Sebagai Daerah Inovatif
Apresiasi BRIDA/BAPPERIDA Optimal 2025 secara resmi diserahkan oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, pada Senin (27/10/2025) di Jakarta. Dalam acara tersebut, Kabupaten Banjar disebut sebagai salah satu daerah yang berhasil memadukan riset, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor untuk mendorong efektivitas pembangunan berbasis potensi lokal.
Raihan ini sekaligus memperkuat posisi Kabupaten Banjar sebagai daerah inovatif dan progresif dalam memanfaatkan riset untuk menjawab tantangan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan semangat kolaboratif yang terus digelorakan, Pemkab Banjar menegaskan komitmennya untuk menjadikan inovasi sebagai budaya kerja, bukan hanya sebagai program sesaat.
“Kami ingin setiap inovasi yang lahir di Banjar mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat, bukan sekadar penghargaan,” tutup Said drus.




