Penutupan akan berlangsung hingga 3 Oktober 2025, sebagai upaya perbaikan infrastruktur strategis yang sempat mengalami kerusakan parah pada bagian oprit akhir tahun lalu.
Langkah ini diambil menyusul ditandatanganinya kontrak kerja proyek penggantian jembatan sejak 2 Mei 2025. Proyek bernilai lebih dari Rp10,26 miliar ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan ditargetkan rampung sebelum akhir tahun.
“Kami sudah berkontrak sejak awal Mei. Namun, mengingat adanya kegiatan besar seperti Haul Guru Sekumpul di akhir Desember, kami menargetkan fungsi jembatan bisa dipulihkan lebih cepat, setidaknya pada akhir Oktober,” ujar Budianto, Kepala Satker PJN Wilayah II Kalsel, Selasa (27/5/2025).
Dalam perencanaannya, BPJN Kalsel menawarkan dua skema: pengerjaan sebagian dengan lalu lintas tetap berjalan, atau penutupan total demi percepatan proyek. Opsi kedua akhirnya dipilih dengan pertimbangan teknis dan efisiensi waktu.
“Jika jalur ditutup total, pekerjaan bisa lebih cepat dan minim risiko. Bersama Satlantas Polres Banjarbaru dan Dishub, kami akan lakukan rekayasa lalu lintas secara terintegrasi,” kata Budianto.
Untuk mengantisipasi dampak penutupan ini, pihak terkait sudah mulai memasang spanduk pengumuman, rambu-rambu pengalihan, hingga melakukan uji coba arus pada jalur alternatif sebelum tanggal efektif penutupan.
Proyek ini bukan sekadar tambal sulam. Jembatan akan diganti secara menyeluruh dengan desain baru yang lebih kuat dan modern. Struktur sebelumnya, yang sudah dua kali dilebarkan menggunakan kombinasi kayu ulin dan box beton, dianggap tidak lagi ideal untuk menanggung beban lalu lintas saat ini.
“Desain baru akan mengubah struktur utama dan sedikit menaikkan elevasi jembatan, agar lebih tahan terhadap faktor lingkungan dan beban kendaraan,” jelasnya.
Meski dianggap perlu, penutupan total jembatan mulai memicu kekhawatiran warga dan pelaku usaha di sekitar lokasi. Ahmad Sajali, salah seorang warga yang rumahnya berada di sekitar jembatan, mengungkapkan kegelisahannya.
“Kami tidak menolak perbaikan, tapi sebaiknya tidak ditutup total. Ini bisa mengganggu usaha warga, terutama yang berdagang di sekitar jembatan. Sampai sekarang juga belum ada sosialisasi langsung ke kami,” kata Ahmad.
Budianto menanggapi bahwa dampak terhadap lingkungan sekitar sudah dipetakan, terutama bangunan yang berdiri dekat jalur proyek. Namun, menurutnya, sebagian besar rumah berdiri di atas saluran air, sehingga tidak terkena langsung dari sisi struktur.
“Kami minta detail peta saluran dari Dinas PUPR Banjarbaru untuk menyesuaikan,” ujarnya.
Dinas Perhubungan Provinsi, Dishub Banjarbaru, dan Polres setempat akan bekerja sama mengelola arus lalu lintas di jalur alternatif. Langkah awal berupa survei lapangan dan pemasangan rambu-rambu telah dimulai sejak akhir Mei.
Kawasan KM 31 dikenal sebagai salah satu simpul arus utama lalu lintas Banjarbaru-Banjarmasin, sehingga gangguan pada titik ini bisa berdampak luas, baik untuk kendaraan pribadi, transportasi umum, maupun logistik.
Penutupan total Jembatan S Ulin adalah bagian dari langkah jangka panjang memperkuat infrastruktur jalan nasional. Namun, proyek ini juga menuntut kesiapan penuh dari instansi pengelola lalu lintas serta komunikasi yang intensif kepada warga terdampak.
Jika sesuai rencana, jembatan baru bisa kembali berfungsi sebelum akhir Oktober 2025—memberikan harapan akan akses yang lebih baik dan aman bagi masyarakat Banjarbaru dan sekitarnya.