REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Berbeda dengan di Kalimantan Selatan, harga bahan pangan di Kota Samarinda Kalimantan Timur, dalam hal ini Cabai Rawit, justru lebih murah.
Dari data yang dihimpun Redaksi8.com, per hari Selasa (7/5/2024), harga cabai rawit di Pasar Segiri berada diangka Rp30-35 ribu per kilogram.
Dibandingkan di Pasar Bauntung Ibu Kota Kalsel Banjarbaru, harga cabai rawit masih mahal, Rp50 ribu per kilogram.
Salah seorang penjual cabai di Pasar Segiri, Hamzah mengatakan, biasanya harga cabai rawit bisa tembus sampai Rp100 ribu. Itu terjadi jika pasokan cabai tidak banyak.
“Kalau misalnya pasokan cabai kurang, tidak ada pengiriman, bisa menyebabkan naik harganya,” ungkap Hamzah sembari memisahkan tangkai cabai.
Faktor penurunan harga cabai rawit katanya, lantaran pasokan cabai yang masuk begitu melimpah. Sehingga harga cabai sudah turun sejak April 2024 lalu.
Bagi Hamzah, hal itu mempengaruhi pendapatannya. Jika pengiriman cabai banyak harga akan murah dan banyak pembeli.
“Biasanya kan orang-orang beli setengah, karena harga murah mereka bisa beli sekilo. Kalau cabai dan pengiriman kurang maka akan sedikit saja pendapatan dan pembeli juga berkurang,” jelasnya.
Menurutnya, komoditi cabai kerap terjadi fluktuasi harga. Dalam beberapa pekan, harga cabai mampu berubah sesuai dengan kondisi cuaca.
Sebab, komoditi cabai yang di jual di Pasar Segiri ada yang didatangkan dari luar pulau Kalimantan.
“Biasanya kan ada juga cabai Sulawesi, tapi sudah berapa bulan belum masuk. Bedanya cabai yang berasal dari dua daerah itu hanya secara bentuk agak beda, secara kualitas kadang-kadang bagus dari Surabaya atau Sulawesi hanya tergantung musim saja,” papar pedagang yang sudah 20 tahun berjualan di Pasar Segiri itu.
Sebanyak 45 kilogram dalam satu petinya, Hamzah acap kali mengambil dari pedagang lain yang juga berjualan di Pasar Segiri Samarinda. Adapun harga per petinya bisa mencapai Rp1 juta.
“Kalau waktu mahal bisa Rp4 juta. Cuaca bisa menentukan harga penjualan cabai. Nah ini Sulawesi Selatan sedang banjir di tiga Kabupaten, ada Wajo, Singkang, dan Sidenreng Rappang,” lebih jauh kepada Redaksi8.com.
Senada, Warise berpendapat, penyebab cabai rawit dari Sulawesi belum ada karena disana tengah terjadi musibah banjir.
“Itu yang membuat cabai tidak masuk dalam pengiriman ke sini kan, cabai itu cepat basah dan busuk,” cetusnya.
Sementara itu, harga cabai rawit yang di jual Warise pun didatngkan dari Surabaya. Bentuknya cenderung besar, panjang dan ada yang kecil.
“Saya jual harga per kilonya bisa Rp 30ribu, sebelumnya sekitar Rp 60-80ribu. Tapi setiap hari habis aja dengan pembelian lima peti paling banyak,” tukasnya.
“Orang-orang jauh biasa mengambilnya untuk dijual lagi. Ada juga yang langganan mengambil 20 kilogram, kalau naik pun langganan tetap ambil,” pungkasnya.