REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Dari sektor-sektor pembangunan telah menunjukan krisis iklim, lantaran permasalahan terbesar saat ini untuk rakyat Indonesia khususnya.
Sebab, deklarasi darurat iklim akan mempertegas tindakan adaptasi dan mitigasi bencana dampak perubahan iklim dari tingkat nasional hingga kota dan desa.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Sekolah Rakyat (SR), Kota Banjarbaru, Akhmad Khairullah menyampaikan, dalam kegiatan sekolah rakyat ini tema yang diangkat setiap minggunya pasti berbeda-beda.
Namun, hari ini pihaknya mengangkat tema tentang pergerakan yang ada di dunia mengenai permasalahan iklim dan krisis demokrasi.
Dengan tujuan sebagai salah satu pemantik untuk bentuk konsistensi kepedulian terhadap iklim di dunia.
“Kita ingin semua masyarakat anak-anak mereka paham global iklim yang makin hari makin rusak,” ucapnya, Sabtu (2/11/24).
“Untuk sekolah rakyat kami menyelenggarakan lapak mewarnai dan membaca itu setiap minggu di RTH Banjarbaru dan di Banjarmasin,” tambahnya.
Khairullah menjelaskan, memang kegiatan rutin pihaknya adalah mewarnai literasi dan membaca buku anak-anak, tapi terkadang setiap minggunya juga ada kegiatan tambahan seperti kreativitas clay.
“Kegiatan ini diselenggarakan secara gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun, bahkan tidak hanya sebatas untuk anak-anak tapi juga untuk orang remaja, dewasa yang ingin membaca ada buku-buku,” jelasnya.
Sedangkan untuk dana moyaritas dari donasi, katanya, ada dana kolaktif tiap minggu sebesar Rp5 ribu per anggota.
Adapun background penyelenggara tentunya adalah komunitas bebas, yang dimana saat ini pihaknya memiliki anggota sekitar 30 orang dari Kota Banjarbaru dan 50 orang dari Banjarmasin.
Anggota-anggota tersebut, kebanyakan dari mahasiswa yang sedang mencari pengalaman berorganisasi.
“Walaupun bentuknya komunitas tapi tidak harus mahasiswa, kerjanya sukarela,” ucapnya.
Oleh karena itu, Ia berharap, kegiatan-kegiatan seperti ini bisa jadi pemantik sehingga tidak sampai disini saja tapi juga diharapkan akan melahirkan komunitas-komuniktas lain agar semakin besar orang-orang memiliki kepedulian yang sama.
“Sekolah rakyat berdiri tanggal 21 april 2021 bertepatan dengan Hari Kartini kami pendiri Bung Wira Founder sekarang jadi pembina,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Sekolah Rakyat Kalimantan Selatan (Kalsel), Maulidi Nurrahman juga mengharapkan, dari aksi Global Climate Strike 2024 ini maupun Global Climate Strike 2024 lainnya di seluruh Indonesia bisa menjadi alarm untuk pemangku kebijakan yaitu pemerintah Indonesia untuk segera serius menangani krisis iklim.
“Kami sudah muak dengan solusi palsu yang Pemerintah buat. Kami juga berharap dari apa yang kami lakukan hari ini dapat mengedukasi masyarakat, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk paham dan peduli mengenai krisis iklim demi masa depan kita semua,” ungkapnya.
“Karena banyak sektor yang akan terdampak jika krisis iklim semakin parah khususnya sektor ekonomi, pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan dan bahkan pendidikan juga akan merasakan dampaknya,” tandasnya.