REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Setelah sebelumnya menjadi sorotan karena keterbatasan sarana, siswa-siswi kelas tiga pada empat rombongan belajar (rombel) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Landasan Ulin Utara (Laura) akhirnya mendapat bantuan meja dan kursi belajar.

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarbaru telah menyalurkan bantuan set meja dan kursi untuk siswa kelas 3 A, B, C, dan D. Namun, kegiatan belajar masih berlangsung di ruang aula karena keterbatasan ruang kelas.

Hal ini juga dikarenakan sengketa lahan tempat sekolah berdiri menjadi penghambat Pemerintah dalam menyelesaikan kekurangan rombel.
“Permasalahan di SDN 2 Laura sudah sejak tahun 2014, kondisinya saat ini kalau mendengar informasi sudah ada putusan MK yang mengeluarkan sudah ada pemenangnya,” ujar Ketua Komisi I Dewan Perkalian Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru, Ririk Sumari saat diwawancarai, Kamis (31/7/25).
Terkait permasalahan tumpang tindih lahan bermula dari kekeliruan pemilik tanah dalam menunjuk lokasi hibah yang sebelumnya diserahkan kepada Pemerintah.
Yang mana putusan Mahkamah Konstitusi (MK) sudah menetapkan siapa pemilik sah tanah tersebut.
Oleh sebab itu, Pemerintah Kota (Pemko) dan DPRD Banjarbaru akan segera menjadwalkan pertemuan dengan pemilik lahan untuk menyelesaikan sengketa ini secara tuntas.
“Kami bersepakat akan ada tim kecil yang dibentuk dari Komisi I dan Dinas Pendidikan, aset, Camat dan Lurah serta pihak sekolah itu sendiri jadi kita akan cari Haji Riza (pemilik tanah) ini terkait kelanjutannya seperti apa,” ungkapnya.
Ririk menjelaskan, tim yang akan dibentuk direncanakan dapat berkoordinasi dengan pemilik lahan dalam waktu dekat.
“Tim ini yang intens akan berkomunikasi dengan beliau dan harapannya kita punya titik temu, mau tidak mau kan ini sudah dibangun sekolah ada siswanya ini harus kita pikirkan bersama,” jelasnya.
Sebagai langkah percepatan penyelesaian masalah, jika memungkinkan dalam minggu ini, lahan tersebut akan mulai dikoordinasikan supaya bisa segera dimanfaatkan untuk kegiatan sekolah.
“Secepatnya akan kita cari kontak Pak Haji Riza kita cari rumah beliau dimana kita ketemu, kalau kita maunya satu minggu ini bisa ketemu,” tuturnya.
Pasalnya, belajar di aula terbuka tetap dinilai tidak efektif, kendati sarana meja dan kursi telah disediakan.
Meski serba terbatas, orang tua tetap ngotot ingin menyekolahkan anaknya di sekolah SDN 2 Laura ini.
“Ini bukan kesengajaan kita, namun memang dari sisi masyarakat maunya sekolah disini, walaupun sudah kita jelaskan rombelnya tidak ada meja dan kursinya, tapi tetap mereka ngotot sekolah disini karena alasannya dekat,” terangnya.
“Mereka juga bersedia membuat surat pernyataan, ini yang menjadi permasalahan mau diterima namun kondisinya seperti ini dimana tidak layak bagi anak-anak,” tambahnya.
Demikian, semua kemungkinan akan diupayakan demi menghadirkan fasilitas belajar yang layak bagi murid SDN 2 Laura
Namun, sengketa lahan ini cukup pelik karena seluruh bidang tanah yang ada ternyata berstatus bermasalah.
“Ternyata yang bermasalah bukan hanya sebatas saja karena si pemberi hibah salah menujukkan lokasinya, dimana tanah ini adalah milik orang lain bukan si penghibah,” tutupnya.