Kegiatan Monev ini merupakan bagian dari implementasi MPLS Ramah, sebuah pendekatan baru yang mengedepankan nilai-nilai humanis dalam proses perkenalan sekolah bagi peserta didik baru. Program ini dijalankan selama lima hari kerja dalam jam pendidikan formal, dan dapat disesuaikan untuk sekolah berasrama.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Hj. Liana Penny, menyampaikan bahwa MPLS Ramah bukan sekadar agenda rutin tahunan, melainkan langkah awal strategis dalam membentuk karakter siswa sejak hari pertama masuk sekolah.
“MPLS Ramah hadir untuk membantu murid baru mengenal lingkungan sekolahnya secara positif, membangun rasa aman, dan membentuk interaksi yang menyenangkan dengan warga sekolah. Ini sangat penting dalam menumbuhkan karakter, menguatkan profil pelajar Pancasila, dan memfasilitasi adaptasi murid di lingkungan barunya,” jelas Liana Penny.
Tak hanya itu, ia menekankan bahwa MPLS Ramah juga bertujuan memperkenalkan kurikulum sekolah dan membantu guru memahami karakter serta kebutuhan awal siswa sebagai bahan perencanaan pembelajaran yang lebih kontekstual.
Dalam pelaksanaan Monev ini, Disdik Banjar memastikan bahwa sekolah menjalankan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah terkait pelaksanaan MPLS Ramah tahun ajaran 2025/2026.
Disdik Banjar dengan tegas melarang segala bentuk praktik kekerasan, perundungan, atau aktivitas tidak relevan yang biasa ditemukan dalam model orientasi murid lama.
“Kami menggarisbawahi beberapa larangan dalam pelaksanaan MPLS. Antara lain memberikan tugas yang tidak masuk akal, melakukan aktivitas fisik atau psikologis yang mengarah pada kekerasan, kegiatan tanpa pengawasan guru, serta penggunaan atribut yang tidak edukatif,” tegas Liana Penny.
Ia juga mengingatkan agar setiap satuan pendidikan menempatkan guru dan tenaga kependidikan sebagai fasilitator, bukan pelaku tekanan terhadap siswa baru.
Disdik Banjar menegaskan bahwa Monev ini tidak akan berhenti pada awal pelaksanaan saja, tetapi akan dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan pelaksanaan MPLS Ramah berjalan sesuai pedoman.
“Kami akan terus memantau agar potensi penyimpangan bisa dideteksi sejak dini. Kami ingin memastikan bahwa setiap anak yang memasuki dunia pendidikan mendapat pengalaman pertama yang positif dan membekas secara emosional,” ujar Liana.
Ia pun mengajak seluruh kepala sekolah, guru, serta orang tua untuk bersama-sama menjaga semangat sekolah ramah anak. Lingkungan pendidikan, menurutnya, harus menjadi tempat yang membahagiakan dan penuh inspirasi bagi setiap murid.
Pantauan di lapangan menunjukkan atmosfer ceria dan antusias yang terpancar dari wajah para peserta didik baru. Di setiap sekolah yang dikunjungi tim Disdik, siswa tampak aktif mengikuti kegiatan perkenalan lingkungan sekolah, seperti bermain sambil belajar, mengenal guru dan teman sekelas, serta eksplorasi fasilitas sekolah yang dipandu langsung oleh pendidik.
Kegiatan ini menjadi titik awal yang baik untuk mendorong terciptanya iklim pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Dengan pengawasan ketat dan semangat kolaboratif dari semua pihak, Kabupaten Banjar kini melangkah lebih pasti menuju sistem pendidikan yang ramah, manusiawi, dan berkelanjutan. MPLS Ramah 2025 bukan hanya sekadar orientasi, tapi momentum besar untuk membangun masa depan pendidikan yang lebih baik. (Sumber Info Publik Banjar)