REDAKSI8.COM – Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarbaru, Yohana K. P mengatakan, jumlah penyembelihan hewan kurban tahun ini mengalami penurunan. Pasalnya, tingkat perekonomian masyarakat ditengah pandemi sekarang anjlok drastis.

“Tahun kemarin hewan kurban yang disembelih sekitar 600 ekor sapi dan kambing kurang lebih 400 ekor,” ungkap Yohana kepada Redaksi8.com, Rabu (29/7).

Sedangkan tahun ini tambahnya, angka penyembelihan sapi dan kambing belum bisa di pastikan berapa banyaknya. Akan tetapi, dari 8 lokasi penyedia hewan kurban telah tersedia sebanyak 1700 ekor sapi dan kambing 600 ekor.

“Kami juga sudah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh hewan kurban di delapan lokasi. Semuanya sehat dan layak,” terangnya.
“Kami tidak akan menerima sapi yang datang dari luar jika tidak ada surat kesehatan hewan dari daerah dimana mereka berasal,” sambung Yohana.

Lebih jauh, saat hari penyembelihan pihaknya juga akan berkeliling melakukan pemeriksaan kesehatan daging yang telah di potong. Jika ditemukan ada indikasi penyakit atau cacing pada daging kurban maka daging tersebut dilarang dibagikan kepada masyarakat.
“Misalnya pada bagian hatinya ditemukan ada cacing, maka bagian itu harus dibuang, sedangkan bagian lain yang tidak tersentuh cacing atau penyakit boleh dibagikan,” jelasnya.
“Kami menghimbau kepada masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan selama proses penyembelihan. Kebanyakan warga kita Banjarbaru akan menggelar penyembelihan di hari Sabtu (1/8).
Selanjutnya, salah satu pemilik usaha ternak sapi di Kelurahan Loktabat Utara Kota Banjarbaru, H. Safrin, membenarkan, tahun ini terjadi penurunan angka pembeli sapi kurban di tempatnya. Dimana tahun sebelumnya H. Safrin mampu menjual 1000 ekor sapi dengan harga yang berkisar dari Rp. 13 juta sampai Rp. 25 Juta per ekor sapi.

Sedangkan tahun ini lanjutnya, ada sekitar 600 sampai 700 ekor sapi yang telah melewati proses pemesanan.
“Harga sesuai dengan ukuran berat badan sapi,” cetusnya saat ditemui pewarta di tempat tinggalnya.
Adapaun sapi miliknya diimpor dari Provinsi Bali, Nusa Tengga Timur dan Nusa Tenggara Barat. Lantaran menurut pemilik CV Maju Jaya itu, kualitas daging sapi di 3 daerah tersebut bagus dan sehat.
“Sapi Bali yang paling bagus kualitasnya diantara yang lain. Yang ada sekarang sudah habis dipesan orang,” tandasnya.