REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Meski memiliki keterbatasan, dalam hal ini tunarunggu di wilayah Kota Banjarbaru yang dikenal dengan sebutanTeman Tuli tetap semangat menjual kuliner makanan dan minuman.
Stand yang dikelola oleh teman tuli ada di dua lokasi, yaitu Mess L dan Titik Nol Kilometer Banjarbaru.
Ketua Harian Teras Inklusi sekaligus pembimbing teman tuli, Faizah Abdiyah menyampaikan, dua stand itu dikelola oleh empat orang teman tuli.
“Untuk sementara kita ada dua stand, dan 2 stand ini masih dikelola 4 orang teman tuli,” ujarnya, Selasa (17/9/24).
Selain makanan dan minuman yang dijual didua stand itu, teman-teman tuli menerima pesanan catering dan snack box secara pre-order.
“Ada juga hasil olahan mereka yaitu roti gulung. Alhamdulillah kita sudah menerima beberapa pesanan, catering juga ada cuman pre-order, kalau ada pemesanan baru kita olahkan,” katanya.
Sedangkan pemesanan dilakukan dengan bahasa isyarat. Namun, jika pengunjung merasa kesulitan berkomunikasi, pekerja teman tuli akan menyediakan kertas untuk membantu pengunjung menuliskan pesanan.
“Kita tempel cara pemesanan untuk mempermudah komunikasi antara teman tuli dengan pemesan,” ucapnya.
Kemudian, untuk omzet perbulan yang dihasilkan oleh teman tuli di stand Mess L ini kurang lebih sekitar Rp5 juta.
Oleh karena itu, dengan adanya tambahan stand di Titik Nol Kilometer bisa menambah omzet perbulan, sehinga dapat membuka cabang dan semakin banyak melibatkan teman-teman disabilitas.
“Di Mess L itu sekitar Rp5 juta perbulan baru buka 3 bulan, dan di Nol Kilometer baru terhitung 2 minggu. Harapannya dengan tambahan food di 0 Kilometer bisa menambah omzet,” ungkapnya.
Lebih jauh Faizah mengatakan, pihaknya pun bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan Disperindag Kota Banjarbaru untuk meningkatkan kompetensi teman-teman tuli melalui pelatihan-pelatihan yang telah dilaksanakan.
Bahkan, untuk stand yang berada di Mess L dan Titik Nol Kilometer itu fasilitasnya diberikan secara gratis dari Pemerintah Kota Banjarbaru.
“Kemarin kita sempat kerjasama dengan Dinas Koperasi untuk pembuatan resoles, cake dan beberapa snack yang kita kembangkan, dari hasil pelatihan itu kita bisa buka snack box, catering, dan food cart ini,” jelasnya.
Meski demikian, ada beberapa kendala yang sering terjadi, misalnya masih banyak orang-orang belum paham bahwa mereka tersebut adalah teman tuli.
Disamping itu, pihaknya juga mencoba sosialisasi kepada masyarakat agar sadar dan mengetahui kalau ternyata ada teman tuli yang perlu cara lain untuk berkomunikasi, baik pemesanan ataupun cara-cara lainnya.
“Kadang orang tidak paham, untuk itu mereka pakai pin, jadi di Pin itu kita tulis teman tuli sebagai salah satu bentuk identitas. Karena mungkin ada orang yang pesan pengen cepat-cepat terus akhirnya protes,” pungkasnya.