REDAKSI8.COM – Geliat bisnis Usaha Micro Kecil Menengah (UMKM) di tengah pandemi covid-19 mulai mengalami kemunduran, khsusnya dari segi permintaan dan pemasarannya.
Melihat, peraturan pemerintah yang membatasi segala jenis aktivitas guna mengurangi penyebaran Corona Virus Disaese 2019 (covid-19), ternyata berdampak nyata kepada para pengusaha UMKM, pedagang dan beberapa profesi lainnya.
Seperti yang dikeluhkan, Tarmuji, seorang pemilik Usaha Cafe Jamu yang berlokasi di Kelurahan Loktabat Selatan, Kecamatan Banjarbaru Selatan Kampung Pejabat (Penjual Jamu Loktabat).
Ia mengaku, omset dan permintaan dagangan jamunya telah berkurang cukup drastis. Dimana biasanya ia dan istrinya mampu membuat banyak kemasan botol jamu, kini hanya beberapa botol saja.
“Pada awal-awal maraknya isu virus corona sempat banyak yang datang ke sini cari jamu. Tapi ketika diberlakukan aturan di rumah saja semua serba terbatas. Intensitas konsumen tetap kami juga mulai jarang ke sini,” bebernya kepada Redaksi8.com, Sabtu (9/5).
Ia menceritakan, sebelum virus corona masuk jamu di tempatnya di hargai Rp. 7 ribu perbotol. Setelah masuk, beberapa bahan pun mulai sulit diperoleh. Lantas, Ia dan istrinya terpaksa menaikan harga jamu menjadi Rp. 10 ribu perbotol.
Akan tetapi, sejak dikabarkan beberapa jamu dapat tangkal virus corona, penjualan jamu di tempatnya sempat terjadi peningkatan, tapi tidak berlangsung begitu lama.
“Saat ini turun lagi harganya. Sekarang kami jual Rp. 8 ribu perbotol,” ungkapnya.
Bagi Tarmuji, hal itu bukanlah alasan Ia dan istrinya berhenti di tempat dalam memasarkan produk umkm miliknya.
Dengan kecanggihan teknologi, apalagi kebanyakan masyarakat yang di rumah saja lebih aktif berada di depan layar kaca handphone-nya. Tarmuji menjadikan peluang ini sebagai masa untuk menaikan kembali pamor produk jamu olahannya.
“Kami lagi gencar-gencarnya memasarkan produk jamu di sosial-sosial media. Seperti di Facebook dan Instagram. Bahkan Kami pun juga membagikan tentang proses pembuatan jamu di tempat kami,” ujarnya.
“Jamu kan sudah sedikit peminatnya, apalagi adanya corona ini. Jadi kami berupaya jangan sampai tradisi minum jamu hilang dimakan zaman. Oleh karena itu, saya sama istri pasarkan lagi jamu lewat sosial media,” sambung Tarmuji.