“Buka bengkel gratis, sampai masalah ini benar-benar tuntas,” tegasnya. Pernyataannya bukan sekadar kritik, tapi dorongan konkret agar Pertamina menunjukkan empati dan tanggung jawab moral.
Menurut Giaz, kerusakan kendaraan hanyalah puncak gunung es. Yang lebih memprihatinkan adalah runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap distribusi energi nasional. “Ini bukan hanya soal mesin mogok, tapi soal kepercayaan publik yang ikut rusak,” ujarnya.
Tak hanya itu, Giaz juga menyentil Pertamina yang dinilainya kurang transparan dalam menangani krisis ini. “Sudah jelas ada masalah. Bukti dan saksi ada. Tapi penjelasan dari Pertamina belum menyentuh akar persoalan,” katanya dengan nada geram.
Respons dari Pertamina, yang diwakili pihak Patra Niaga, datang setelah rapat diskors dua kali, total selama 37 menit. Meski demikian, akhirnya muncul angin segar. Juru bicara Pertamina menyampaikan bahwa usulan bengkel gratis disambut baik dan akan segera ditindaklanjuti.
“Kami akan siapkan mekanismenya. Setiap kabupaten/kota akan punya bengkel resmi, disesuaikan dengan merek kendaraan,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan menjadi titik awal pemulihan, bukan hanya bagi kendaraan yang rusak, tetapi juga untuk membangun kembali kepercayaan yang sempat tercoreng.