Langkah mitigasi ini ditegaskan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi, yang menyebut bahwa potensi karhutla tetap tinggi meskipun kondisi cuaca tahun ini terpengaruh oleh curah hujan yang masih cukup aktif.
“Gubernur Kalimantan Selatan telah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh bupati dan wali kota se-Kalsel untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Salah satunya dengan memastikan kesiapan infrastruktur seperti bendungan dan drainase menghadapi potensi kekeringan,” jelas Bambang.
Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada Agustus 2025. Sebagai langkah preventif, Pemprov Kalsel telah mengajukan permintaan bantuan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa lima unit helikopter untuk pemadaman udara (water bombing) dan satu unit helikopter patroli untuk pemantauan titik api.
“Jika nanti terjadi karhutla skala besar, kita sudah siap dari sekarang. Jangan sampai terlambat bertindak,” tegas Bambang.
Tak hanya itu, Pemprov Kalsel juga mendorong pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca. Strategi ini difokuskan untuk menambah volume air di sumber-sumber vital, terutama di kawasan gambut yang rawan terbakar.
“Modifikasi cuaca ini penting, terutama untuk pembasahan di area gambut seperti kawasan sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor. Jika area ini terbakar, pemadamannya sangat sulit dan bisa berdampak langsung terhadap aktivitas penerbangan,” paparnya.
Area di sekitar bandara menjadi perhatian khusus. Kabut asap akibat karhutla tak hanya membahayakan keselamatan penerbangan, tetapi juga bisa berdampak pada perekonomian daerah.
“Kalau bandara terganggu karena asap, aktivitas penerbangan bisa lumpuh. Itu akan memukul sektor ekonomi, pariwisata, hingga logistik,” ujar Bambang.
Saat ini, deteksi hotspot (titik api) di Kalimantan Selatan terbilang masih rendah, hanya sekitar lima titik. Namun, BPBD menilai kewaspadaan harus tetap dijaga karena kondisi bisa berubah dengan cepat seiring berkurangnya curah hujan.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Pemprov Kalsel juga mengintensifkan pembasahan lahan secara berkala, khususnya di kawasan ring satu bandara dan wilayah rawan lainnya.
“Pencegahan selalu lebih baik. Kita ingin bencana ini tidak terjadi, atau jika pun terjadi, kita siap menghadapinya,” pungkasnya.