REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Satu-satunya di dunia, kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM) di Indonesia siap berkiprah di kanca global sebagai kampus yang konsen akan penelitian, pusat inovasi, wisata edukasi, serta pengembangan ekonomi masyarakat berkelanjutan di tahun 2027 nanti.

Sebab, ULM sudah mengelola dan tengah mengembangkan lahan mangrove tropis Indonesia seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru.
Sebagai Perguruan Tinggi tertua di Kalimantan Selatan, pengelolaan lahan mangrove oleh ULM tersebut telah mengantongi Surat Persetujuan Komitmen Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Lahan Mangrove yang berada di enam desa yakni Desa Kemuning, Desa Tanjung Pelayar, Desa Tanjung Sungkai, Desa Tanjung Tengah, Desa Teluk Tamiang, dan Desa Kampung Baru itu dijadikan sebagai laboratorium lahan basah dunia untuk penelitian, pusat inovasi, wisata edukasi, serta pengembangan ekonomi masyarakat berkelanjutan di dunia.
“Jadi hutan mangrove itu diserahkan pemerintah pusat (KemenLH<-red) kepada Universitas Lambung Mangkurat untuk dikelola dalam rangka kelestarian lingkungan,” ungkap Rektor ULM Prof. Dr Ahmad Alim Bachri kepada Redaksi8.com beberapa waktu lalu.
Rektor Ahmad ingin ke depan, laboratorium lahan mangrove tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi perguruan tinggi dari berbagai belahan dunia untuk menjalin kerja sama dengan ULM, khususnya dalam upaya pelestarian ekosistem mangrove di Indonesia.
“Harapannya, kolaborasi ini tidak hanya memberi dampak positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga berkontribusi bagi keberlanjutan lingkungan global,” ujarnya.
“Seperti kita ketahui potensi terbesar karbon di dunia yang bisa diberdayakan salah satunya berasal dari pohon mangrove,” sambungnya.
Kepala UPA Lingkungan Lahan Basah (LLB) ULM Dr. Eng Maya Amalia menambahkan, kawasan hutan mangrove tersebut akan dikelola untuk penyerapan dan penyimpanan karbon, budidaya perikanan, serta menjadi objek rekreasi atau wisata pendidikan.
“Utamanya kita akan mengajak fakultas-fakultas terkait untuk melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang nanti akan dikoordinasikan oleh UPA LLB,” ucap beliau.
Sebagai satu-satunya universitas yang mempunyai PBPH di lahan mangrove, ULM bebernya, berencana mengundang beberapa perguruan tinggi baik di Indonesia maupun luar negeri untuk turut melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, atau pengabdian masyarakat di kawasan tersebut.
“Terimakasih atas dukungan semua pihak, terutama pimpinan universitas hingga para akademisi, selama kurang lebih 1 tahun akhirnya kita bisa mendapatkan surat persetujuan komitmen ini,” ucapnya.
Selanjutnya, Kepala Desa Teluk Tamiang, Hendra, menyambut baik program dari ULM tersebut. Mewakili masyarakatnya, dirinya sangat mendukung penuh atas apa yang akan dilaksanakan oleh ULM di Desanya.
“Selama ini Teluk Tamiang dikenal dengan wisata pantainya, ke depan kami berharap bertambah dengan wisata mangrove yang pastinya dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi,” paparnya.
Diketahui, ULM menjadi satu-satunya universitas di dunia yang memiliki dan mengelola lahan mangrove, sejalan dengan target ULM untuk menjadi Pusat Unggulan Lahan Basah di wilayah Asia Pasifik pada akhir 2027.