REDAKSI8.COM, SAMARINDA — Program pengabdian masyarakat berskala nasional Berugaq Nusantara Vol.1 resmi berakhir pada Selasa (5/8/2025) di Dusun Lebah Suren, Desa Sedau, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Yayasan Aksi Mari Gerak (Aksi Mager) ini diikuti 18 relawan dan panitia dari berbagai daerah. Salah satunya adalah Noor Maulida Sholeha, mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul) yang turut serta melalui KKN Penyetaraan Mandiri.
Selama hampir dua minggu, para relawan menjalankan program lintas bidang yang mencakup pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga lingkungan.

Di bidang pendidikan, kegiatan “Bercerita Lewat Puisi” dan “Eksplorasi Cita-Cita” berhasil mengajak anak-anak Desa Sedau untuk berani bermimpi sekaligus mengenal potensi wisata lokal yang dimiliki desa mereka.
Partisipasi warga juga terlihat dalam bidang kesehatan. Puluhan warga mengikuti medical check up gratis hasil kerja sama dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Mataram.
“Kami merasa terbantu, terutama dalam mendukung anak-anak dan UMKM desa agar lebih berdaya,” ujar Kepala Desa Sedau, Amir Syarifudin.

Pada sektor ekonomi, relawan turut mendampingi UMKM lokal. Salah satunya usaha keripik pisang milik Papuk Rinasih, yang masih diproduksi manual dari rumah. Pendampingan dilakukan mulai dari proses produksi hingga strategi promosi digital.
Sementara di bidang lingkungan, program Eco Fun menjadi daya tarik tersendiri. Sekitar 30 siswa SD-SMP Satu Atap Narmada mengikuti kegiatan jelajah pos edukasi.
Anak-anak dibagi ke dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan berbagai tantangan, mulai dari memilah sampah, menebak jenis sampah, hingga permainan edukatif seputar lingkungan. Dengan cara yang menyenangkan, peserta belajar menjaga kebersihan sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap desa wisata Sedau.
Muhammad Alfian Halim, Project Leader Berugaq Nusantara sekaligus Ketua Yayasan Aksi Mari Gerak, menjelaskan bahwa filosofi berugaq dalam budaya Sasak menjadi inspirasi utama kegiatan ini.
“Berugaq adalah simbol musyawarah dan kebersamaan. Itulah nilai yang kami bawa dalam setiap program, agar pengabdian ini tidak berhenti pada bantuan sesaat, tapi benar-benar meninggalkan ilmu, keterampilan, dan semangat yang membuat masyarakat mampu mandiri setelah kami pulang,” jelasnya.
Bagi Noor Maulida Sholeha, keikutsertaan dalam program ini bukan hanya sebagai bentuk penyetaraan KKN, tetapi juga pengalaman berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di kampus ke tengah masyarakat.
“Menurut saya, pengabdian ini bukan sekadar pengalaman, melainkan cermin nyata bahwa kearifan lokal adalah energi terbesar dalam membangun desa, sekaligus meneguhkan keyakinan saya bahwa pemuda adalah kunci dan gotong royong menjadi nafas Indonesia menuju perubahan yang nyata,” ungkap Noor.