REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menekankan pentingnya peran sosial dalam mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sangat kursial.

Sebab, partisipasi aktif masyarakat baik secara individu maupun kolektif, sangat diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari karhutla.

Seperti lingkungan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam tidak luput dari prediksi titik api yang bisa saja meluas saat puncak musim kemarau melanda.
Kepala Dishut Provinsi Kalsel, Fathimatuzzahra mengungkapkan, Pemerintah melakukan pencegahan melalui edukasi dan penyuluhan langsung kepada masyarakat yang berhadapan dengan bencana.
“Memang segala sesuatunya dibutuhkan kerjasama dengan masyarakat, contoh di Tahura Sultan Adam, kita setiap desanya membentuk MPA atau masyarakat peduli api,” ujarnya.
Kemudian, petugas yang telah ditugaskan di lapangan juga bekerjasama dengan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) termasuk perusahan swasta yang memiliki kewajiban rehabilitasi di wilayah tersebut.
“Ada kawan-kawan bertugas di lapangan sama-sama dengan PPKH, para perusahan yang memiliki kewajiban rehabilitas disana,” katanya.
Dari kerjasama para petugas dan masyarakat di lapangan itulah mereka dapat melihat serta mendeteksi dini apabila terlihat titik-titik api.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi menambahkan, kolaborasi penanganan bencana di Kalsel turut dibantu TNI Polri, pihak swasta, masyarakat termasuk barisan pemadam kebakaran.
Pun, sesuai arahan Gubernur Kalsel, Pemerintah telah mengusulkan adanya heli water boombing ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), meliputi lima unit water boombing dan satu unit heli patroli.
Serta mengusulkan akan pentingnya modifikasi cuaca jika nanti terjadi musim kemarau di tengah adanya potensi hujan.
“Modifikasi cuaca ini ditujukan untuk mengisi sumber-sumber air yang ada di Kalsel untuk pembahasan lahan di lahan gambut terutama di areal Bandara,” tutupnya.