Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara PTAR, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam mendukung pelestarian lingkungan, khususnya dalam memerangi pencemaran plastik.
Senior Manager Environment PT Agincourt Resources, Anto Ananto, menyampaikan bahwa aksi ini sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Ia menegaskan bahwa keberlangsungan operasi perusahaan sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan yang lestari.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan produksi erat kaitannya dengan keberlanjutan lingkungan. Karena itu, kami berkomitmen penuh mengelola lingkungan hidup sebagai warisan bagi anak cucu kita,” ujar Anto.
Program Bikin Ecobrick ini secara khusus ditujukan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang semakin meningkat. Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak mengolah sampah plastik menjadi ecobrick yang memiliki nilai guna, sekaligus menjadi bentuk edukasi pengelolaan sampah yang kreatif dan bermanfaat.
Selain itu, PTAR juga melakukan penanaman pohon untuk mendukung pelestarian ruang terbuka hijau di Desa Garoga, yang digadang-gadang akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata air.
Anto mengungkapkan, PTAR telah menerapkan kebijakan lingkungan internal, termasuk pemilahan dan pengolahan sampah secara mandiri melalui fasilitas waste separation facility. Sepanjang periode Juni 2024 hingga Mei 2025, sekitar 71% sampah yang dihasilkan telah berhasil dikelola perusahaan, baik secara internal maupun lewat kerja sama dengan komunitas pengelola sampah.
“Kami tidak hanya menjalankan kegiatan ini seremonial, tapi juga mengembangkannya secara berkelanjutan. Salah satunya dengan lomba inovasi pengelolaan sampah setiap tahun agar masyarakat dan mitra dapat mengadopsi praktik terbaik,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Selatan, Ongku Muda Atas Sormin, menyambut baik inisiatif PTAR. Ia mengatakan bahwa kegiatan penanaman pohon ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam memperluas ruang terbuka hijau dan mendukung pengembangan ekowisata berbasis lingkungan.
“Penanaman pohon ini bukan hanya simbolik, tapi bagian dari strategi jangka panjang menjadikan Desa Garoga sebagai kawasan ekowisata. Sedangkan program ecobrik menjadi edukasi penting kepada masyarakat untuk memanfaatkan sampah plastik secara produktif,” ucap Ongku Muda.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah daerah telah mengeluarkan surat edaran terkait pengurangan beban plastik di permukiman melalui kegiatan rutin seperti gotong royong dan pembentukan bank sampah di setiap desa dan kelurahan. Saat ini, di lingkar tambang PTAR telah terbentuk sekitar 10 bank sampah yang terus dipantau dan dibina oleh DLH.
“Kami berharap semua elemen masyarakat terlibat aktif, karena upaya pengurangan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi memerlukan kolaborasi multipihak, termasuk dunia usaha dan masyarakat,” tutupnya.
Kegiatan yang dihadiri antusias oleh warga Desa Garoga ini diharapkan menjadi langkah awal menuju pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dan partisipatif di wilayah Tapanuli Selatan.