Aksi dimulai sekitar pukul 14.00 WITA dengan teatrikal mendorong motor dari Islamic Center—simbol protes atas kerusakan kendaraan yang diduga disebabkan oleh buruknya kualitas BBM. Massa kemudian memenuhi area depan gerbang utama depo sambil bergantian berorasi dengan suara lantang.
“Pertamina harus bertanggung jawab! Kami tidak tinggal diam saat rakyat jadi korban!” pekik Arman Maulana, koordinator aksi, yang mengutuk keras dugaan pengoplosan BBM. Ia menyebut fenomena kerusakan kendaraan yang terjadi massal bukan lagi hal sepele.
Sorotan publik semakin kuat ketika Muhammad Yusri, seorang warga dari Sungai Pinang, ikut menyuarakan keresahannya. “Dua hari saya tidak kerja karena mobil brebet setelah isi BBM. Ini bukan hanya soal kendaraan mogok—ini soal penghidupan!” ujarnya dengan suara gemetar, memantik gelombang dukungan dari peserta aksi.
Aksi ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap Pertamina, menyusul terbongkarnya kasus korupsi pengelolaan minyak mentah dan produk kilang oleh Kejaksaan Agung RI. PMII Samarinda pun menyerukan investigasi menyeluruh dan transparansi atas distribusi BBM.
“Kalau negara dan korporasi bermain-main dengan kebutuhan pokok rakyat, maka kami akan terus turun ke jalan!” tutup Arman dengan penuh semangat.