REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 menegaskan, perlunya revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur (Kaltim), Surasa mengatakan, sejak beberapa tahun teakhir metode pembelajaran dikenal dengan nama Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL).
PjBL sendiri, merupakan metode pembelajaran yang mendorong para peserta didik untuk menerapkan cara berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, dan memperoleh pengetahuan mengenai problem dan isu‐isu riil yang dihadapinya.
Sementara itu PBL, merupakan metode pembelajaran dimana mahasiswa dihadapkan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam kehidupan nyata, untuk kemudian digunakan sebagai pemicu dalam belajar.
“Intinya, bagaimana saat ini membawa dunia industri dan kerja ke sekolah agar peserta didik memiliki karakter,” ujar Surasa kepada Redaksi8.com,
Menurut Sri Hartono, secara spesifik, sejumlah produk saat ini tengah dibuat di sekolah, dimana standarnya mengikuti industri dan dunia kerja. Hal ini merupakan salah satu dampak dari revitalisasi SMK.
“Produk-produk di SMK harus bisa masuk pasar, begitu juga SDM-nya. Kalau dalam bentuk olahan ini berkaitan dengan desain produk sampai desain komunikasi visual,” cetusnya.
Disamping itu, Surasa mengungkapkan, ketika sekolah berhasil membuat produk dan berhasil pula memasarkannya, tentu hal ini sejalan dengan harapan besar pemerintah.
Makanya dia menegaskan, pendidikan di SMK bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi bagaimana produk pendidikan itu memiliki dampak ekonomi dan sosal.
“Ini yang terus kami dorong agar sekolah bisa seperti ini. Harapan kami revitalisasi SMK bukan hanya keterampilan yang berdaya saing tapi produk yang dihasilkan juga harus berdaya saing,” pungkasnya.