REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Menjelang akhir semester genap tahun pelajaran 2023-2024, perpisahan sekolah merupakan moment penting bagi siswa dan orang tua.

Namun, tak jarang diwarnai dengan sekelumit masalah, terutama terkait iuran atau sumbangan perpisahan bagi anak yang telah lulus sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik), Kota Banjarbaru, Dedy Sutoyo mengaku, sebenarnya permasalahan seperti itu sudah lama terjadi.

Bahkan, saat ini pihaknya tengah dihujani ragam pertanyaan dari para orang tua atau wali murid siswa, perihal kegiatan perpisahan sekolah.
Meski begitu, pihaknya sudah memberikan intruksi tegas ke setiap sekolah yang menjadi kewenangannya, untuk tidak melaksanakan kegiatan perpisahan dengan bermewah-mewah, seperti di hotel maupun tempat mewah lainnya.
“Kita sudah mengeluarkan Surat Edaran (SE), larangan ke tiap komite sekolah untuk tidak melaksanakan perpisahan yang bermewah-mewah,” ungkapnya, Selasa (15/5/24).
Guna memastikan SE tersebut dilaksanakan, Disdik Banjarbaru katanya akan memantau setiap kegiatan sekolah, khususnya perpisahan sekolah.
“Persoalan ini sudah lama menjadi atensi kami di Disdik, kalau memang masih ada yang menarik iuran perpisahan, wali atau orang tua murid bisa melaporkan ke kami,” imbaunya.
Dengan demikian, Dedy menyarankan, bagi sekolah yang ingin melaksanakan kegiatan perpisahan sebaiknya dilingkungan sekolah saja, jangan sampai iuran malah memberatkan para siswa.
Akan lebih bermanfaat lagi pendapat Deddy, apabila uang yang nominalnya cukup besar itu digunakan untuk membangun sekolah ataupun memberi guru ngaji.
“Silahkan perpisahan disekolah dan dilakukan dengan sederhana, tidak menarik pungutan atau iuran yang memberatkan siswa. Lebih baik menyumbang hal yang lebih bermanfaat,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu orang tua murid SMP di Kecamatan Liang Anggang, Ida (45) mengaku, sangat keberatan dengan adanya iuran untuk melaksanakan kegiatan perpisahan sekolah.
Sebab, Iuran yang dikeluarkan untuk perpisahan tedsebut mencapai ratusan ribu rupiah.
“Memikirkan untuk biaya sekolah ke jenjang selanjutnya saja sudah pusing, malah dibebani lagi dengan adanya iuran perpisahan. Ini berat untuk wali siswa yang ekonominya menengah kebawah,” keluhnya.