REDAKSI8.COM, BANJAR – Ditengarai hampir menyerupai bentuk dan ukuran daun tanaman Bonsai pada umumnya, tanaman yang tingginya sekitar 3 meter yang ditemukan di kawasan Pegunungan Kahung ini menjadi perhatian sejumlah pendaki.
Bagi para pendaki yang sempat mengabadikan fotonya di samping pohon tersebut menilai, pohon itu begitu mirip dengan tanaman bonsai.
Sehingga, ditengah rasa lelah menuju Puncak Gunung Kahung, Pendaki asal Kota Banjarbaru Yuandi menyempatkan berpoto disana lantaran bentuk pohonnya mirip tanaman Bonsai.
Ditambah pemandangan sekitarnya pun menampakan kawasan pegunungan Meratus yang terpampang luas.
Sebelum menjumpai pohon tersebut, Yuandi mengaku sempat mendengar desas desus di puncak Gunung Kahung terdapat tanaman bonsai yang hidupnya sudah ratusan tahun.
Penasaran akan informasi tersebut, Yuandi dengan teliti memperhatikan pohon demi pohon yang dilewatinya saat mendaki Puncak Gunung Kahung di Desa Belangan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Sabtu (29/12/2023).
Hingga sampai pada lokasi yang didengarnya itu, Ia pun memutuskan beristirahat di sekitaran pohon itu sembari memandangi keindahan Pegunungan Meratus.
“Di puncak Kahung saya dengar ada bonsai ratusan tahun yang hidup,” ujarnya kepada pewarta.
Letaknya kata Yuandi sekitar setengah jam sebelum tiba di Puncak Gunung Kahung.
Kondisi vegetasi sekitaran pohon tersebut ditumbuhi lumut dan akar-akaran. Bahkan tidak jarang ditemukan tumbuhan kantung semar disana.
“Letak pohon itu berada di tempat yang dinamai puncak musang,” bebernya.
Berbeda dengan Yuandi, Risani warga Kabupaten banjar yang gemar merawat tanaman bonsai dirumahnya menampik tanaman yang ada di kahung tersebut adalah tanaman bonsai.
Namun jika dijadikan inspirasi sebagai tanaman bonsai baginya masih memungkinkan.
“Bonsai itu hasil bentukan manusia. Walaupun tanaman bonsai juga diambil dari alam. Tapi itu bukan bonsai,” ucapnya melalui sambungan telepon, Selasa (2/1/2023) pukul 14.29 wita.
Ia menyarankan, tumbuhan yang dimaksud sebaiknya tidak dieksploitasi atau dipotong untuk di bawa ke rumah. Sebab, tumbuhan tersebut akan indah jika tetap berada disana.
“Jangan diambil dibawa ke Rumah,” saran lelaki yang dulunya tergabung di salah satu organisasi Pecinta Alam itu.
Dilansir dari Wikipedia, Bonsai “Foire du Valais”, Swiss, 2005, merupakan tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas.
Penanaman sai berati di pot dangkal yang disebut bon. Istilah bonsai dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal.
Apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon.
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu.
Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya.
Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut.
Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman yang disebut penjing dari periode Dinasti Tang.
Menanam bonsai menjadi pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak kepopuleran.
Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu.
Sejalan dengan lingkungan tempat tinggal di Jepang yang makin modern dan tidak memiliki halaman, penggemar bonsai akhirnya terbatas pada kalangan berusia lanjut.