REDAKSI8.COM – Kental dengan kearifan lokalnya, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) sejauh ini masih memiliki ikon-ikon dan simbol sejarah yang berdiri utuh dengan ukiran dan bahan-bahan asli. Satu diantaranya adalah Rumah adat suku Banjar.
Rumah adat suku Banjar di Kalsel ini masih dapat ditemui di Desa Telok Selong Kecamatan Martapura Barat, kerap dikenal dengan nama Rumah Adat Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku.
Para pengunjung pun acap kali berdatangan melihat dan berfoto dilokasi tersebut lantaran bentuk bangunan ini dinilai ikonik. Rombongan demi rombongan baik pelajar, mahasiswa hingga instansi-instansi pemerintahan.
Meskipun dulu disekitaran rumah banjar ini banyak ditemukan bangunan adat banjar yang serupa.
Diketahui bangunan ini telah diresmikan menjadi cagar budaya sejak tahun 1989. untuk detail lokasi berada di Jalan Martapura Lama No. 28. Dari kejauhan jalan raya bangunan ini sudah tampak terlihat berdiri kokoh dan besar.
Sementara ini ada beberapa orang yang menempati rumah itu. Keluarga besar yang pernah tinggal di dalamnya terdiri dari 2 keluarga yang sekarang ini menjadi generasi kelima dari awal rumah itu dibangun.
Dituturkan oleh salah seorang penghuni rumah, Abu Najib (36), pada mulanya H.M. Arif dan istrinya Hj. Fatimah menempati Rumah Bubungan Tinggi yang sekarang dihuni oleh saudara dari ibunda Najib, Bahrudin.
“Saya sejak lahir disini dan dulu di sekitar sini ada banyak Rumah asli Banjar, tapi yang tersisa sekarang ya tinggal dua, Rumah Gajah Baliku yang saya tempati dan Bubungan Tinggi yang ditempati saudara dari ibu saya,” ujarnya.
Dikisahkan Najib, pendiri rumah H.M. Arif yang terkenal sebagai saudagar pada masanya sering melakukan perdagangan jarak jauh. Bersama istri Hj. Fatimah membangun rumah adat Banjar Rumah Bubungan Tinggi pada tahun 1811.
Tamu yang datang sambungnya tidak hanya warga sekitar atau orang dari Indonesia saja namun ada juga pengunjung dari luar negeri Belanda dan Jepang.
Kisah ini katanya bermula dari seorang Profesor dari Jepang yang memiliki ketertarikan dengan rumah adat suku Banjar ini. Lantaran Rumah Gajah Baliku dapat bertahan hingga 160 tahun dan bangunan satunya bernama Bubungan Tinggi juga sudah mencapai 210 tahun meskipun hanya dengan bahan kayu ulin.
“Pernah yang datang kesini Profesor dan mahasiswanya dari Jepang selama 4 hari, katanya mereka meneliti jenis kayu yang digunakan untuk bangunan rumah disini yaitu kayu ulin. Itu yang membuat mereka terheran-heran, berdecak kagum campur penasaran dengan keanehannya,” ungkapnya.
“Semakin terendam air semakin kuat kayunya. Hal itulah menyebabkan mereka bertanya-tanya. Apabila di tempat lain, kan supaya kayu tahan lama harus ditambahkan bahan pengawet berupa zat-zat kimia, barulah bisa bertahan 100 sampai 200 tahun,” lanjutnya bercerita.