REDAKSI8.COM – Akibat putusnya jembatan Trans Kalimantan di Desa Banua Anyar, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) lantaran tergerus oleh derasnya air banjir sepekan lalu.
Banyak aktivitas warga Kalsel antara daerah hilir dengan hulu terhambat. Salah satunya para pekerja sopir angkot yang kerap membawa penumpang dari Banjarmasin ke Banua 6 hingfa sebaliknya.
Ditemui Redaksi8.com, Nanang, seorang sopir angkot mengaku selama 8 hari tidak bisa beroprasi seperti biasa karena tidak ada satupun penumpang.
Karena kondisi demikian agar tetap ada pemasukan, Ia pun mencari alternatif dengan hanya membuka jalur perjalanan dari Banjarmasin – Banjarbaru sampai Martapura. Namun tetap saja penumpang yang mau menaiki mobil L300 warna putih miliknya itu tidak banyak.
“Seminggu hanya 1 orang saja yang naik, itu pun dari Banjarbaru ke Martapura,” ungkapnya kepada pewarta, Kamis (21/1).
Walaupun jembatan pembatas antara Kecamatan Astambul dan Mataraman sekarang sudah bisa dilewati, rencananya ujar Nanang, jalur para angkutan penumpang menuju Banua 6 dipindahkan lewat Kecamatan Karang Intan Desa Gunung Balai menuju Mataraman Desa Danau Salak.
“Perjalanannya lebih jauh dari jalur Trans Kalimantan sih, kurang lebih 1 jam lebih lama. Karena jaraknya bertambah sekitar 20 kilometer,” papar Nanang.
Nanang bercerita, penghasilan yang acap kali diperolehnya dalam sehari rata-rata mencapai Rp 200 hingga Rp 250 ribu. Apalagi selama masa pandemi, penumpang tujuan Barabai – Tanjung tambah sedikit, 4 sampai 5 orang saja.
“Yang naik mobil saya sekarang lebih banyak operan angkot lain, bukan penunpang yang naik sejak awal,” katanya.
“Harga tergantung lokasi naik, semakin jauh lokasi tujuan semakin mahal,” sambungnya.
Adapun rincian tarif mobil angutan umum tujuan Banjarmasin – Tanjung Nanang merincikan sebagai berikut:
Banjarmasin – Tanjung/ Tanjung – Banjarmasin Rp 80 ribu
Banjarbaru – Tanjung/ Tanjung – Banjarbaru Rp 70 ribu
Banjarmasin – Hulu Sungai Selatan (HSS)/ HSS – Banjarmasin Rp 50 ribu
Banjarbaru – HSS/ HSS – Banjarbaru Rp 40 ribu
Banjarmasin – Hulu Sungai Tengah (HST)/ HST -Banjarmasin Rp 60 ribu
Banjarbaru – HST/ HST – Banjarbaru Rp 50 ribu
“Saya sekarang cuma menghidupi satu istri saya saja, 3 orang anak sudah berkeluarga sendiri,” sebutnya sambil menunggu penumpang di Bundaran Simpang 4 Kota Banjarbaru.
Semenjak maraknya mobil roda 4 dan travel – travel perjalanan, pasaran penumpang lebih jauh kepada Redaksi8.com turun perlahan hingga saat ini. Kebanyakan penumpang yang naik angkutan umum L300 miliknya hanya kalangan menengah ke bawah.
“Saya membawa penumpang lantaran kasihan terhadap kondisi penumpang yang ekonominya kurang. Semoga jembatan sudah pulih dan penumpang kembali banyak,” tutup Nanang.
Selanjutnya Ijar, makelar penumpang angkutan umum juga menuturkan cerita yang tidak jauh berbeda dari nananag. Selama bencana banjir tak dapat penghasilan.
Setiap hari Ijar duduk di Halte Simpang 4 Kota Banjarbaru menunggu orang menuju arah Banua 6 untuk diajaknya naik ke angkot yang terparkir di sekitaran sana.
Ijar hanya meminta Rp 5 ribu rupiah dari sopir angkot, jika Ijar bisa membawa 1 penumpang untuk si sopir. Itu pun jika si penumpang mau diajak Ijar naik angkot melalui dirinya.
“Saya punya Istri dan 3 anak yang masih kecil,” imbuh Ijar.
Lebih kecil dari sopir angkot, penghasilannya tidak menentu bekerja selama seharian. Malahan selama tahun 2020 kemarin, paling banyak Ijar mengantongi uang dalam sehari hanya Rp 50 ribu saja.
“Biasa 20 ribu sampai 30 ribu. Apalagi peristiwa jembatan putus tadi, tidak ada penghasilan sepeser rupiah pun yang saya bawa pulang ke rumah,” Ia menukas.
“Selama tidak ada pemasukan, kami di rumah terpaksa membongkar tabungan kami untuk biaya makan sehari-hari,” pungkas Ijar.