REDAKSI8.COM – Kunjungan Media Groub Baret78 tidak hanya di kawasan Kota Berjuluk Serambi Mekkah saja, tapi juga hingga ke daerah Kabupaten Lain, seperti di Tapin, HSS hingga ke Amuntai.
Ngomong-ngomong soal Mekkah, Kalimantan Selatan memiliki seorang ulama mastur namun Arif Billah yang hidup sekitar 200 tahun lalu memiliki karomah mampu berangkat ke Mekkah tanpa melewati transportasi umum di masa itu.
Salah satu aulia Allah tersebut saat ini bermakam di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, yang kita kenal sebagai Datu Sanggul.
Datu Sanggul beliau bernama Abdus Samad, konon dulu kala hingga sekarang, Oleh Allah swt beliau dipercaya memiliki karamah dan kesaktian yaitu dapat sholat Jum’at di Masjidil Haram, Makkah.
Dari riwayat cerita juga, Datu sanggul sempat bertemu dengan Datu Kelampaian di Tanah Haram selepas sholat jumat. Dengan pakaian yang tidak seperti orang arab dimasa itu, Datu Kelampaian segera menghampiri dan memegang tangan Datu Sanggul sampai pada akhirnya mereka berdua berbicara satu sama lain hingga bersahabat.
Singkat cerita, Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad sampai kekampung muning untuk mengambil sambungan kitab barencong dari Datu Sanggul, Datu Sanggul meminta para muridnya untuk bertahan sejenak karena ada yang mau disampaikan, beliau meminta para muridnya dan masyarakat untuk bergotong-royong mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh (Datu Kalampayan).
Kemudian masyarakat bergotong-royong mempersiapkan segalanya hari itu hari jum’at beliau berkata kepada istrinya “duhai adinda tercinta kakanda akan tidur, tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu”
“Baik kanda tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting apakah dinda boleh membangunkan kakanda” Istrinya bertanya
“Kalau ada keperluan sangat penting silahkan saja” jawab beliau setelah sekian lama beliau masuk kedalam kelambu dan tidak keluar keluar padahal hari itu hari jum’at, istri beliau memanggil-manggil sampai tiga kali.
Karena waktu sholat jum’at makin dekat, beliau menjadi bimbang disisi satu suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu, disisi lainnya sholat jum’at adalah kewajiban, akhirnya istrinya memberanikan diri membuka kelambu, namun apa yang terjadi suami yang dicintainya tidak ditemukan didalam kelambu, namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan diatas kain putih,setelah melihat kejadian tersebut dengan rasa heran bercampur kagum, kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya.
Tidak lama setelah itu, datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul, dan ternyata setelah kelambu tersebut dibuka kembali oleh istri beliau Datu Sanggul sudah kembali kewujud semula tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun…. Syekh Muhammad Arsyad menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu, dan ternyata kain putih tersebut akan dipakai untuk kain kafan beliau.
Kemudian diberitahukan kepada murid-murid beliau dan masyarakat, maka berdatanganlah orang orang untuk menolong dan melaksanakan fardu kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di kampung muning benua nyiur tatakan Rantau.
Setelah selesai pemakaman Datu Sanggul kemudian Syekh Muhammad Arsyad menceritakan pertemuan beliau dengan istri Datu Sanggul dan menyampaikan pesan-pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong.
Istri Datu Sanggul memakluminya karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tersebut, tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid-murid Datu Sanggul, setelah itu baru kitab tersebut di serahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kalampayan.
Kemudian karamah beliau lainnya yaitu Datu Sanggul melompat ke dalam sungai dan timbul ke permukaan dengan sekejap, namun anggota bagian tubuh untuk berwudhu saja yang basah, bagian yang lainnya seperi baju, laung, sarung, dan sajadah beliau kering tidak basah sedikitpun.
Karamah beliau selanjutnya ketika shalat fardhu jum’at di mesjid Datu Sanggul setelah mengangkat takbir “Allaahu Akbar” tubuh beliau berada diawang- awang hingga selesai jemaah mengerjakan sholat Jum’at.
Melihat keadaan Datu Sanggul yang demikian, orang-orang dimesjid menjadi heran, dan kebingungan. Setelah beberapa saat tak lama kemudian beliau kembali menginjakkan kaki kembali kelantai.
Atas berkat rahmat dan kuasa Allah swt beliau mengatakan “Aku shalat di Makkah, kebetulan disana ada acara selamatan, dan aku meminta sedikit, mari kita cicipi bersama walau sedikit,” disaat jemaah di mesjid masih keheranan.
Maka orang-orang yang ada di mesjid pun ramai-ramai mencicipi nasi yang dibawa Datu Sanggul dari Makkah itu.
Dari kejadian itulah masyarakat dulu hingga sekarang mempercayai dari sebagian keganjilan beliau yang tersirat, bahwa Datu Sanggul adalah aulia Allah SWT.