Pria tersebut, yang belakangan diketahui bernama Lk. LST (54), ditemukan dalam kondisi mengenaskan—terlentang, tangan mengepal, dan mulut mengeluarkan cairan—pada Kamis malam, 17 April 2025, sekitar pukul 19.00 WITA.
Korban yang dikenal sebagai petani ulet dan berdomisili di Desa Koha Timur, biasanya pulang menjelang sore. Namun hari itu berbeda. Ketika matahari telah tenggelam dan bayangan malam menyelimuti desa, ia tak juga muncul di rumah.
Penasaran dan khawatir, sang anak, Lk. KYT, bersama rekannya Lk. Krisna Yosua Pangalila, memutuskan menyusuri kebun yang biasa digarap korban. Tak disangka, pencarian itu justru berujung pada penemuan memilukan di gubuk tempat almarhum biasa beristirahat.
Petugas dari Polsek Pineleng dan Tim Identifikasi Polresta Manado segera dikerahkan ke lokasi begitu laporan diterima. Proses olah TKP dimulai pukul 22.10 WITA, dan jasad korban dibawa ke rumah duka sekitar satu jam kemudian.
Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik. Namun, satu hal yang dicatat oleh aparat adalah riwayat penyakit asam lambung yang diderita korban. Dugaan sementara mengarah pada kematian akibat serangan penyakit mendadak.
Pihak keluarga menolak otopsi dan memilih menerima kepergian Lk. LST dengan ikhlas. Polisi pun telah mengamankan lokasi, berkoordinasi dengan aparat desa setempat, dan melanjutkan penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti kematian.
Kematian Lk. LST meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan warga sekitar. Seorang petani sederhana yang dikenal tekun kini telah pergi dalam kesunyian kebunnya sendiri—di tempat ia mencari nafkah, dan akhirnya, menghembuskan napas terakhirnya.