Anggota DPRD Tanah Bumbu dari Fraksi PDI Perjuangan, Abdul Rahim, menggelar Reses II dengan cara yang membumi dan penuh kepedulian. Tak memilih tempat mewah atau aula berpendingin udara, ia justru datang langsung ke tengah masyarakat, menyapa, mendengar, dan mencatat satu per satu keluhan hingga harapan warga.
“Saya datang bukan untuk formalitas, saya hadir karena ingin tahu langsung apa yang dibutuhkan masyarakat. Kita ingin perubahan yang nyata,” ujarnya membuka pertemuan.
Suasana pun cair. Warga bebas menyampaikan aspirasi mereka, mulai dari jalan rusak, drainase tersumbat, penerangan jalan yang minim, hingga kebutuhan lapangan kerja. Isu-isu yang selama ini hanya jadi obrolan di warung kopi, kini naik ke permukaan dan didengarkan langsung oleh pemangku kebijakan.
Tak ketinggalan, kelompok nelayan dari “Karya Bersama Ampera” juga menyuarakan harapannya. Mereka meminta bantuan alat tangkap dan mesin kapal untuk menunjang mata pencaharian mereka.
“Kalau tak ada bantuan, kami kesulitan untuk melaut. Kami bukan minta enak, kami hanya ingin bisa bekerja dengan layak,” kata salah satu nelayan dengan nada tegas.
Abdul Rahim tak tinggal diam. Ia memastikan bahwa seluruh aspirasi itu tidak akan berhenti hanya sebagai catatan.
“Saya akan kawal semua ini hingga ke meja pemerintah daerah. Kita butuh solusi konkret, bukan janji manis,” tegasnya disambut tepuk tangan warga.
Namun ia juga realistis. Menurutnya, tidak semua bisa instan. Tapi satu hal yang ia janjikan: komitmen untuk terus memperjuangkan sampai tuntas.
“Saya tidak akan berhenti sampai masyarakat merasakan hasilnya. Perjuangan ini kita jalani bersama,” tambahnya.
Di akhir acara, Abdul Rahim memohon doa dan dukungan warga agar segala rencana yang telah disampaikan bisa segera terwujud. “Tanpa doa dan kebersamaan, saya bukan siapa-siapa. Mari kita bangun Tungkaran Pangeran bersama-sama,” tutupnya.
Reses kali ini bukan sekadar rutinitas tahunan. Ini adalah langkah nyata seorang wakil rakyat yang memilih turun ke akar rumput, mendengar langsung, dan menyusun langkah nyata. Di tengah skeptisisme publik terhadap dunia politik, Abdul Rahim hadir membawa harapan baru—bahwa politik bisa jadi alat perubahan, bukan sekadar panggung pencitraan.

