REDAKSI8.COM – Kurang dari 3 minggu, masa toleransi kepada peternak babi di Kelurahan Guntung Manggis akan segera habis. Lebih tepatnya 29 Februari 2020, peternakan babi dilokasi tersebut harus segera dihentikan.

Dicoba dikonfirmasi melalui via telpon kepada pembina peternakan itu, Tambuan, untuk memberikan komentar terkait peternakan babi yang menjadi binaannya itu akan dilakukan penutupan paksa, tidak mau memberikan komentar apapun.
“Ga bisa saya mas,” ujarnya, Selasa (11/2).
Pada pemberitaan sebelumnya, pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjarbaru, Sudah bebrapa kali melayangkan surat peringatan terkait pemindahan usaha ternak tersebut.
Menurut Sekretaris Satpol PP Kota Banjarbaru, Muhammad Bahrin, pihaknya akan melakukan tindakan berupa penutupan paksa.
“Kami sudah memberi surat teguran sebanyak 2 kali sejak tahun kemarin. Namun pihak peternak masih belum menaatinya,” bebernya kepada Redaksi8.com, Selasa (4/2).
Ia menerangkan, saat pihaknya mendatangi lokasi ternak beberapa pekan lalu, para peternak meminta kembali toleransi hingga bulan April mendatang. Namun sambungnya, setelah rapat koordinasi pihaknya hanya bisa memberikan toleransi hingga akhir bulan ini.

Selain mengembangbiakan babi, terdapat juga aktivitas pemotongan daging babi, hal ini mendapat tanggapan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rizani Mirza, katanya, beternak hewan apapun idealnya tidak berdekatan dengan wilayah pemukiman warga.

“Secara kesehatan peternakan itu tidak sepatutnya berada di wilayah pemukiman, kita berharap pemilik bisa secepatnya mendapatkan lokasi baru yang lebih layak,” ungkapnya.
Sementara itu di Provinsi Bali ratusan ekor babi mati mandadak, diduga kematian babi disebabkan oleh Flu Afrika atau African swine fever yang sering disingkat ASF.
Sejauh ini, babi mati yang terserang virus tersebut ditemukan di wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Klungkung.
Dilansir dari laman web Distanpangan.baliprov.go.id, penyakit hewan yang disebabkan oleh virus itu, menyerang babi dari semua ras dan semua umur, baik babi liar maupun babi yang diternakkan. Penyakit ini dinamai demam afrika, karena pertama kali terjadi di Kenya Afrika Timur pada tahun 1921.