REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Padatnya lalu lintas Jalan Kompleks Kartika yang dijadikan jalur alternatif imbas pembangunan Jembatan Sungai Ulin di Kilometer 31,5 Kota Banjarbaru menuwai banyak keluhan warga setempat.

Terutama bagi warga yang bermukim di sepanjang Jalan Kartika, dampak sosial dan lingkungan menjadi sorotan utama yang perlu segera ditindaklanjuti oleh pelaksana proyek, Dinas Perhubungan, hingga Satuan Lalu Lintas.

Sudah sepatutnya pihak berwenang dalam pengerjaan proyek jembatan tersebut segera mencari solusi konkret untuk menekan kemacetan yang terus terjadi.
“Saya pertanyakan dampak sosialnya. Saya berharap sekali baik itu kepada pimpinan proyek ataupun Dishub hingga Satuan Lalu Lintas untuk bisa mengaturkan jalan kami yang terdampak di Jalan Kartika ini,” ujar salah satu warga Jalan Kartika, Mardian saat diwawancarai beberapa waktu lalu.
Ia mengakui, di depan rumahnya terpaksa harus membangun portal atau polisi tidur dengan ketinggian ekstrem untuk pengendara motor.
“Di depan rumah saya itu saya bangun portal yang begitu ekstrem padahal saya tahu secara aturan tidak boleh, baik aturan Dishub ataupun Lalin, karena itu bisa mencelakaan orang,” ungkapnya.
“Saya saking cape dan lelahnya sudah, kalau jam-jam sibuk pagi atau sore itu macetnya luar biasa,” tambahnya.
Atas dasar kekhawatiran terhadap keselamatan dan kenyamanan lingkungan, Mardian berharap keberadaan portal dan polisi tidur yang dibangunnya dapat membuat pengguna jalan memperlambat laju kendaraannya.
Serta tidak lagi mengganggu ketenangan warga di kawasan tersebut.
“Saya punya harapan bagi masyarakat yang lewat Jalan Kartika itu mereka besok akan cape atau istilahnya tidak mau lagi lewat situ. Tapi saya yakin kalau ini tidak ditindaklanjuti pihak pekerja proyek pasti kecematan ini juga tidak akan selesai,” tuturnya.
Menanggapi persoalan dampak sosial lingkungan, Pelaksana Lapangan Perbaikan Jembatan Sungai Ulin, Bustanul Ariffin mengatakan, hal tersebut telah disepakati warga dengan dua bentuk penyelesaian.
“Pertama Jalan Kartika dari usulan masyarakat dibuat jadi satu arah saja, tidak dua arah agar mengurangi beban lalu lintas,” ujarnya.
Sejak awal, memang pihaknya bersama Forum Lalu Lintas telah merancang Jalan Kartika hanya untuk dilalui oleh warga lokal atau penghuni kawasan saja.
“Kedua rencana kita tempatkan satu petugas menjaga di situ jadi orang tidak bisa seenaknya masuk,” jelasnya.
Sebagai bentuk sosialisasi, Ia mengaku sejumlah plang larangan melintas telah dipasang di kawasan permukiman, namun keberadaannya seolah hanya menjadi hiasan karena tak dihiraukan para pengguna jalan.
“Pengguna jalan secara umum sudah disiapkan beberapa jalan alternatif cukup banyak, baik dan luas seperti dari daerah Banjarmasin bisa melalui akses Jalan Bandara, Jalan Bina Putra atau Jalan Sapta Marga,” tutupnya.