REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Politani Samarinda diguncang isu kekerasan setelah seorang dosen berinisial SN dilaporkan melakukan tindakan kekerasan fisik dan intervensi terhadap delapan orang mahasiswa.
Kejadian itu memicu aksi demonstrasi oleh ratusan mahasiswa di depan rektorat Politani.
Peristiwa kekerasan terjadi pada 16 April 2025 di area kampus. Dosen SN disebut melakukan pemukulan terhadap delapan mahasiswa di depan Gedung Sudiripolan dan Politani Samarinda.
Menurut salah satu narasumber, kekerasan tersebut bukan hanya didorong oleh insiden kecil seperti tindakan mahasiswa yang menggembosi motor dosen, melainkan karena adanya ketidaksukaan personal dari dosen terhadap beberapa mahasiswa tertentu.
“Korban yang ditampar bukan pelaku pengempesan motor. Tapi mereka yang memang sejak awal semester sudah sering mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari dosen tersebut,” ujar narasumber.
Tidak hanya itu, mahasiswa lain mengaku mendapat intimidasi terkait penampilan, seperti larangan mengikuti kelas karena memiliki rambut gondrong, hal yang tidak diatur dalam peraturan resmi kampus.
Merasa tidak mendapatkan tanggapan dari pihak berwenang kampus, dua mahasiswa korban kekerasan berinisial IA dan M akhirnya melaporkan kasus itu.
Namun hingga beberapa waktu setelah pelaporan, belum ada tindak lanjut yang jelas.
Situasi ini mendorong mahasiswa untuk melakukan aksi keesokan harinya. Aksi yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tersebut berlangsung pada Kamis (17/04) sejak pukul 09.00 WITA dan diikuti oleh ratusan mahasiswa dan berbagai jurusan.
Mereka menuntut kejelasan penanganan kasus dan perlindungan terhadap mahasiswa.
Dalam aksinya, mahasiswa berhasil bertemu dengan Direktur Politani Samarinda yang menyatakan dukungannya terhadap penyampaian aspirasi mahasiswa.
“Pihak kampus menerima baik mediasi dan berkomitmen untuk menindaklanjuti kasus kekerasan ini,” ujarnya.
Terungkap pula bahwa dosen yang sama pernah melakukan tindakan rasisme (SARA) terhadap sejumlah mahasiswa. Mereka mendesak agar semua pelanggaran ini diusut tuntas.

