REDAKSI8.COM, BANJARMASIN – Dit Intelkam Polda Kalsel Iptu Muhammad Dicky membeberkan, masalah penggunaan Pinjaman Online (Pinjol) telah merajalela di Kalimantan Selatan.

Sementara sebagian besar Pinjol katanya beroperasi di luar negeri. Sehingga yurisdiksi hukumnya menjadi lebih rumit.

“Khusus di Kalsel hampir 60% pengguna memakai pinjol, yurisdiksi berasal dari luar negeri,” ungkapnya dalam acara Talkshow Technology Visioner IT Fest yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Sistem Informasi (HMPSI) Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, di Balairung Sari Taman Budaya Banjarmasin, Sabtu (21/10/2023) siang.
Pelanggaran hukum dalam dunia cyber menurutnya dapat berdampak serius pada individu, karena jejak digital tidak akan terhapus.
Ia menyebutkan, ada dua komponén penting untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya keamanan cyber.
“Jadi keamanan tidak selalu mudah, tapi paling tidak kita sendirilah yang menanggapinya bagaimana dari sisi keamanan kita secara pribadi. Yang kedua bagaimana kita menanggapi sebuah informasi atau sebuah kegiatan atau mungkin yang kita dapatkan itu adalah hal yang mungkin bisa mengamankan diri kita,” terang Dicky.
Dalam hal pencegahan kejahatan cyber, Dicky memberikan tips kepada masyarakat, diantaranya :
1. Kembalilah ke pribadi masing-masing, dan jangan sampai terjerumus dalam tindakan ilegal.
2. Buatlah aplikasi yang berdampak positif dan bermanfaat bagi banyak orang.
3. Sadari bahwa melanggar hukum cyber dapat berujung pada konsekuensi hukum.
Selanjutnya Ketua Umum HMPSI Muhammad Nurfattah menjelaskan, acara tersebut menjadi ajang untuk sosialisasi, sharing, dan diskusi mengenai teknologi, khususnya dalam konteks masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) yang paham akan teknologi digitalisasi.
“Sosialisasi tentunya, lalu sharing lebih tepatnya, lebih khususnya adalah diskusi langsung dengan para penonton yang tentu memiliki kualitasnya masing-masing,” terang Nurfattah.
Menurutnya, literasi teknologi menjadi sangat penting, sebab teknologi telah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat mendekatnya tahun politik 2024, baginya isu-isu terkait capres dan cawapres akan menggunakan media platform teknologi untuk sosialisasi.
“Literasi untuk masyarakat itu pasti sangat penting. Bahasanya, hari ini siapa yang menutup matanya dari teknologi, dia yang bakal buta di jalan. Karena teknologi hari ini bukan cuma sebuah fenomena, mereka sudah menjadi sebuah kebutuhan,” tandasnya.