Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program strategis Bidang Kepemudaan dalam menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kesenian daerah yang kini mulai ditinggalkan. Kepala Bidang Kepemudaan, Muhari, mengatakan bahwa kegiatan ini dirancang khusus untuk menjaga eksistensi musik panting agar tidak punah di tengah gempuran budaya modern.
“Saat ini minat pemuda dalam memainkan alat musik panting sangat jarang. Jika bukan para pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang melestarikannya, maka budaya ini bisa hilang seiring perkembangan zaman,” ujar Muhari saat ditemui Suara Banjar, Senin (26/5/2025).
Pelatihan ini akan diikuti oleh lima grup yang masing-masing terdiri dari tujuh orang. Kelima grup tersebut berasal dari Forum Anak, Desa Gambut, Karang Taruna, Martapura Lama, dan Mataraman, dengan total peserta sedikitnya 35 orang. Selama pelatihan, mereka akan dibimbing secara intensif oleh pelatih yang berasal dari Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Banjar.
Muhari menjelaskan, para peserta akan mendapatkan pelatihan teori dan praktik, termasuk teknik bermain alat musik panting dan vokal. Tidak hanya itu, peserta juga akan menerima fasilitas berupa uang saku, konsumsi, serta cinderamata berupa kostum baju adat dan laung berupa ikat kepala khas Banjar.
Adapun syarat untuk mengikuti pelatihan ini adalah memiliki keterampilan dasar dalam bermain gitar dan vokal. Usia peserta dibatasi antara 16 hingga 30 tahun. Hal ini, menurut Muhari, bertujuan agar pelatihan benar-benar menyasar generasi muda yang potensial.
Menariknya, setelah pelatihan selesai, seluruh peserta akan tampil dalam sebuah pementasan di Alun-Alun Ratu Zalecha. Agenda tersebut tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan, tetapi juga sebagai latihan mental bagi para peserta untuk tampil di depan publik.
Muhari berharap, kegiatan ini dapat memunculkan generasi baru yang mencintai seni tradisional dan mampu menjadi duta budaya di lingkungan masing-masing.
“Kami ingin para pemuda desa dan kelurahan bisa membentuk grup secara mandiri setelah pelatihan ini. Harapannya, seni musik panting tidak hanya sekadar dikenang, tetapi terus hidup dan berkembang,” pungkasnya.
Musik panting merupakan salah satu kesenian khas suku Banjar yang biasa dimainkan dalam berbagai acara adat dan hiburan rakyat. Namun, seiring waktu, eksistensinya mulai memudar karena minimnya regenerasi pelaku seni. Upaya seperti yang dilakukan Disbudporapar ini dinilai penting sebagai bentuk revitalisasi budaya lokal yang terancam hilang.