REDAKSI8.COM, BANJAR, Kabupaten Banjar bersiap menjalankan program strategis cetak sawah seluas 1.379,51 hektare yang akan dimulai pada Juli 2025. Program ini merupakan bagian dari inisiatif ketahanan pangan nasional yang digagas Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bekerja sama dengan Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban).
Empat kecamatan di Kabupaten Banjar ditunjuk sebagai lokasi utama program, yakni Kecamatan Astambul, Cintapuri, Martapura Barat, dan Simpang Empat. Lahan-lahan tersebut sebelumnya dikategorikan sebagai lahan tidur dan lahan rawa yang dinilai potensial untuk dioptimalkan menjadi sawah produktif.
“Program ini akan dimulai jika tidak ada halangan pada bulan Juli 2025 ini,” ujar Heryanto Hadi Saputro, Kasi Pembangunan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Banjar saat ditemui di Gedung B Dinas Pertanian beberapa hari yang lalu.
Menurut Heryanto, pelaksanaan cetak sawah tidak hanya soal membuka lahan baru, tapi juga menyangkut perencanaan matang dan pendekatan teknologi. Dalam hal ini, Poliban dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan teknis dan pemetaan kebutuhan lapangan.
“Poliban membantu provinsi untuk merancang kebutuhan cetak sawah dan menentukan luas serta lokasi lahan,” ungkapnya. Pendanaan untuk kegiatan ini akan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Banjar saat ini tercatat sebagai salah satu daerah dengan produksi padi surplus di Kalimantan Selatan. Hasil panen petani secara rutin melebihi kebutuhan konsumsi lokal, menjadikan Banjar sebagai lumbung pangan penting di provinsi ini.
Meski demikian, sektor pertanian masih menghadapi sejumlah tantangan. Sebagian besar sawah di Banjar merupakan sawah tadah hujan. Pemerintah daerah secara bertahap mendorong pengembangan irigasi teknis untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Tantangan lainnya datang dari sisi alat mesin pertanian (alsintan) yang belum merata, fluktuasi harga gabah, dan kerentanan terhadap bencana seperti banjir musiman yang kerap merusak lahan pertanian.
Namun, di balik tantangan itu, potensi pertanian Banjar masih sangat besar. Banyak lahan tidur dan rawa yang bisa dikembangkan menjadi sawah baru, khususnya di wilayah-wilayah prioritas seperti Cintapuri dan Simpang Empat. Inilah yang mendasari kebijakan cetak sawah tahun ini.
Tak hanya mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri, Kabupaten Banjar mulai mengarahkan pandangan ke pasar ekspor. Dengan surplus yang konsisten, pemerintah daerah yakin pertanian Banjar bisa menyumbang devisa melalui ekspor komoditas pangan.
“Pangan kita sudah surplus. Harapannya, hasil dari pertanian kita ini bisa kita ekspor untuk menambah pendapatan daerah,” kata Heryanto.
Ia juga menyampaikan harapan besar terhadap masa depan pertanian nasional di bawah program Presiden Prabowo.
“Semoga di tahun 2025-2026 ini, sesuai dengan program Presiden Prabowo, kita bisa lebih unggul dari negara lain dalam hal produksi tanaman pangan,” ujarnya.
Program cetak sawah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan luas tanam dan produksi beras, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, memperkuat ekonomi desa, dan menyiapkan Banjar menjadi wilayah pertanian modern yang berdaya saing tinggi di masa depan.
