REDAKSI8.COM, MARTAPURA – Sempat meledak trend mengenakan cicin batu akik di antara tahun 2015-2016, kondisi pasar hingga antusias masyarakat di Kalimantan Selatan (Kalsel) akan cinderamata khas Kota Martapura itu sekarang kian meredup.

Bahkan dari masa pandemi ke masa endemi saat ini, peminat batu akik hampir menghilang.

Hal ini dibeberkan langsung oleh salah seorang karyawan Toko Permata di Kota Martapura Anang Rusdi.
katanya, pembeli batu mulia sudah berkurang dari tahun ke tahun.
Pertokoan yang kerap ramai dikunjungi konsumen yang terdiri dari wisatwan lokal dan luar daerah tersebut begitu sepi.
“Iya, berkurang dari tahun sebelumnya,” ungkap Anang saat ditemui Redaksi8.com, Jumat (22/9/2023) siang.
Tak berbeda dengan Anang, penjual batu akik keliling Ahmad Rusmadi pun membenarkan, tingkat pembeli batu mulia sekarang semakin berkurang.
Ia mengakui, sebelum masa pandemi covid-19 yang notabennya menjerat sektor kesehatan dan ekonomi itu, batu akik masih diminati dan lebih ramai dicari.
“Kalau yang dulu itu memang ramai, maksudnya yang waktu viral tahun 2015 itu. kada kawa mengisahkan lagi raminya (tidak bisa saya ceritakan lagi keramainnya<-red),” beber Rusmadi.
Sedangkan menurut Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) Sertifikasi Batu Mulia (SBM), Heru Budi Kurniawan, antusiasme terhadap batu mulia masih ada.
Akan tetapi tidak seramai dimasa keemasannya tahun 2015.
Baginya peran sertifikasi dan memo tetap penting dalam menjaga kualitas dan keaslian batu mulia.
“Alhamdulillah sampai sekarang masyarakat tetap dan masih mempercayai kita dalam penerbitan sertifikasi dan memo batu mulia ini,” akuinya ketika disambangi pewarta di ruang kerjanya.
Heru menerangkan, dulu dalam sehari, ada sekitar 50 orang yang datang ke UPTD SBM.
Tapi hari ini, rata-rata dalam sehari hanya lima orang yang datang.
“Untuk kuantiti kita bisa lima lebih lima pun bisa, rata-rata lima. Kalau dulu itu bisa sehari lima puluh-an (orang<-red)” rincinya.
Diketahui, perdagangan batu mulia seperti batu akik, permata dan berlian telah menjadi bagian penting dari kekayaan budaya dan ekonomi khususnya di Kalsel, Martapura dan sekitarnya.
Dari data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada tahun 2016, pengelolaan potensi batu mulia yang serius akan membawa dampak luas di dalam mata rantai perekonomian di Indonesia maupun daerah yang bersangkutan