Di hadapan peserta musyawarah, Aji Yoga Okta menegaskan bahwa lahirnya PAC merupakan langkah penting dalam memperkuat kaderisasi dan menegaskan eksistensi Pagar Nusa di tingkat akar rumput.
“Pembentukan PAC ini adalah terobosan awal yang akan menjadi tonggak sejarah. Kita ingin organisasi benar-benar hidup di tengah masyarakat, bukan sekadar formalitas,” ucapnya penuh semangat.
Menurutnya, setiap kecamatan harus memiliki PAC agar menjadi pusat kaderisasi sekaligus benteng perjuangan. Ia menegaskan, PAC tidak boleh hanya dijadikan “mesin pencetak proposal”, melainkan harus menjadi “mesin pencetak kader militan” yang siap menjaga marwah organisasi.
Aji Yoga Okta juga menyentil persoalan klasik yang kerap melanda organisasi: ada sebagian pihak yang lebih senang hidup dari organisasi ketimbang menghidupkan organisasi. “Kita harus ubah pola pikir itu. Pagar Nusa harus jadi ruang pembinaan, bukan ladang kepentingan,” tegasnya.
Pernyataan tersebut sontak mendapat apresiasi dari para peserta musyawarah. Banyak yang menilai pesan Aji Yoga Okta menjadi pengingat penting agar organisasi bela diri berbasis Nahdlatul Ulama ini tetap berada pada rel perjuangan sejatinya: melahirkan kader berkarakter, berakhlak, dan berkomitmen pada nilai kebangsaan.