REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Berkat doa dan dukungan orang tua, seorang mahasiswi difabel Samiya Mardhatillah, lulus seleksi berkuliah di Universitas Lambunga Mangkurat (ULM) Kalimantan Selatan.

Meski dengan keadaan tidak seperti orang pada umumnya (tuna rungu<-red), Samiya merasa sangat senang bisa diterima kuliah di ULM jurusan Pendidikan Khusus (PKH) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Ketika di wawancara Redaksi8.com di momen Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), di Auditorium ULM Banjarbaru, Samiya mengaku bangga dan senang kuliah di ULM.

Baginya, keseruan bertemu banyak orang, tidak dibedakan satu dengan yang lainnya merupakan sebuah kebahagiaan.
Pun, dia mengaku bisa berkuliah di ULM dibantu dengan program beasiswa.
“Alhamdulillah sangat senang bisa diterima kuliah di ULM berkat dukungan dan doa orang tua, serta bantuan beasiswa,” ujar Samiya dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh Volunteer dari Jurusan PKH, FKIP, ULM.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Inklusif dan Layanan Disabilitas (P3ILD), Utomo, setiap orang memiliki hak yang sama mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi, begitupun kepada para penyandang disabilitas.
Karena sesuai dengan amanah undang-undang nomor 8 tahun 2016, perguruan tinggi sekarang diwajibkan mengakomodir sodara-sodara yang berkebutuhan khusus yang ingin kuliah.
Sampai sekarang katanya, mahasiswa-siswi penyandang disabilitas yang tersebar di fakultas dan program studi serta jurusan di ULM, jumlahnya kurang lebih ada 90 orang. Dari semuanya itu sudah ada yang lulus.
“Kita mulai konsen menangani penyandang disabilitas tahun 2017. Dengan dimulainya dibentuk Unit Penyandang Disabilitas yang kita beri nama Pusat Pengembangan Pendidikan Inklusif dan Layanan Disabilitas,” ujarnya disela-sela acara PKKMB berlangsung, Rabu (13/7/2025) siang.
Utomo menjelaskan, tidak ada pengkategorian khusus kepada para difabel yang berkuliah di ULM.
Semuanya memiliki hak mendapatkan Pendidikan yang sama, baik yang memiliki hambatan di penglihatan, pendengaran, bicara, fisik maupun autis.
“Semuanya bisa masuk diberbagai jalur dan tetap mengikuti proses administrasi secara normal. Baik jalur undangan, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN<-red) hingga jalur mandiri,” paparnya.
Sebelumnya lebih jauh kepada Redaksi8.com, beasiswa para mahasiswa difabel itu dibiayai oleh pihak Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Tapi sejak tahun 2024, program beasiswa dibiayai oleh PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Setiap tahun beber Utomo, kuota beasiswa untuk para difabel tersedia untuk 20 orang.
“Kita kerjasama (dengan PT BYAN<-red) selama empat kali penerimaan ya. Sehingga (kerjasamanya<-red) enam belas tahun ya. Mudahan setelah empat kali penerimaan ada perpanjangan,” harapnya.

Selanjutnya, Wakil Rektor 3 ULM, Muhammad Rusmin Nuryadin menambahkan, kampus ULM sangat terbuka kepada para penyandang disabilitas. Meskipun pelayanan khusus terhadap mereka masih dalam tahap penyempurnaan.
“Kita kan ada kepedulian terharap mereka. Misalkan pelayanan ruang kuliah, layanan transportasi, mungkin belum bisa sepenuhnya (terakomodir<-red),” sahutnya.
“Tapi dengan komitmen bersama ULM kita akan melayani mereka semampu kita, termasuk kita mencarikan biaya beasiswa untuk mereka,” sambungnya.