REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Kekurangan 4 rombongan belajar (rombel) kelas 3 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru mengakibatkan siswa siswi harus belajar di aula dengan kondisi seadanya.

Bahkan, ada yang belajarnya harus duduk lesehan dan membawa meja sendiri dari rumah menjadi alternatif murid untuk belajar di sekolah.

Tentu kondisi ini sebelumnya menjadi sorotan berbagai pihak karena murid tidak menggunakan meja dan kursi yang biasa difasilitasi dari sekolah untuk belajar.
Kepala SDN 2 Laura, Nurdin menjelaskan, awalnya aula sekolah masih belum bisa digunakan sebagai ruang belajar karena belum memadai.
“Mulanya aula tidak seperti ini, namun Alhamdulillah dengan bantuan Dinas maka dibangunlah menjadi aula bagus seperti ini,” ujarnya saat diwawancarai beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hal ini diakibatkan karena perkembangan penduduk yang semakin banyak di Kota Banjarbaru, sehingga membuat sekolah makin banyak diminati.
“Karena kekurangan kelas kami menempatkan aula ini sebagai ruang belajar untuk memenuhi kewajiban siswa kita. Kami pakai dengan cara lesehan dan anak-anak membawa meja masing-masing,” jelasnya.
Kendati demikian, katanya pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak, meski telah mengajukan permohonan penambahan ruang kelas kepada Pemerintah.
Namun, masalah tumpang tindih lahan sekolah juga menjadi penghalang.
“Mudah-mudahan tindaklanjut yang akan datang bisa diberikan kursi, sementara ini jawaban Dinas akan memenuhi bantuan meja dan kursi dalam beberapa waktu yang akan datang,” imbuhnya.
Lebih lanjut Nurdin mengungkapkan, sejak awal proses belajar mengajar di aula telah disetujui oleh orang tua murid, tetapi melihat kondisi sampai saat ini, beberapa wali murid justru mengungkapkan keluhannya.
“Keluhan sudah ditindaklanjuti oleh anggota DPRD Banjarbaru yang melakukan kunjungan kesini dan merespon dengan baik akan membantu untuk memberikan kursi, serta dari Disdik juga memberikan solusi penyediakan kursi meja untuk anak kelas 3 ini,” ungkapnya.
Disisi lain, kondisi belajar empat rombel kelas yang hanya dibatasi dengan sekat-sekat ini diakuinya memang kurang ideal, baik untuk murid maupun guru pengajarnya.
“Karena ruangnya terbuka, antara guru satu dengan guru yang lain menjelaskan terganggu juga, anak pun tidak fokus dalam belajar,” terangnya.
Dengan kondisi seperti ini, Ia berharap Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru dapat segera membantu dan menyelasaikan masalah tumpang tindih tanah sekolah agar bisa menambah fasilitas rombel kelas.
“Harapannya bisa membantu dan menyelesaikan masalah tanah ini supaya bisa dibangun, kami selama beberapa tahun ketika ingin diberikan bantuan selalu terkendala karena tidak bisa dibangun sekolahnya,” tutupnya.