REDAKSI8.COM, BANJAR – Menyikapi penurunan debit air sungai yang signifikan di sejumlah wilayah, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar mengeluarkan himbauan kepada para pembudidaya ikan untuk segera mengambil langkah-langkah antisipatif guna mencegah kerugian lebih lanjut.
Himbauan ini disampaikan menyusul hasil pemantauan lapangan yang menunjukkan penurunan debit air sungai sekitar dua meter, terutama di wilayah Kecamatan Karang Intan dan sekitarnya.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Bandi Chairullah, S.Pi., MS., menyebutkan bahwa kualitas air saat ini menunjukkan indikasi yang perlu diwaspadai.
“Dari hasil pengukuran, kadar oksigen terlarut (DO) berada pada kisaran 1,5–1,7 mg/l, dengan pH 6–7,5. Meskipun kecerahan air masih cukup baik di angka 50 cm dan suhu berada di 28,3 derajat Celsius, padat tebar ikan yang tinggi tanpa penyesuaian bisa memicu kematian massal,” jelas Bandi saat ditemui di lokasi pemantauan.


Ia menegaskan bahwa sudah ada kasus kematian ikan yang diduga akibat tingginya kepadatan ikan di keramba jala apung (KJA) serta kolam air tenang.
Untuk itu, Dinas memberikan tujuh poin penting sebagai langkah antisipasi:
1. Sesuaikan kepadatan tebar ikan dalam wadah budidaya seperti KJA dan kolam air tenang.
2. Kendalikan pemberian pakan guna mencegah penumpukan sisa pakan yang dapat merusak kualitas air.
3. Geser posisi KJA ke arah tengah sungai agar mendapat aliran air yang lebih baik.
4. Siapkan wadah kosong sebagai penampungan sementara agar kepadatan ikan terbagi merata.
5. Tambahkan aerasi atau oksigen buatan untuk menjaga pasokan oksigen di dalam KJA.
6. Segera angkat ikan yang mati dan jangan dibuang ke perairan sekitar demi mencegah pencemaran.
7. Koordinasikan masalah teknis dengan Penyuluh Perikanan Lapangan (PPL) setempat atau langsung ke Dinas.
“Kami sudah melakukan himbauan awal sejak sebulan lalu, termasuk melalui siaran radio pada 14 Mei 2025. Namun edukasi dan sosialisasi harus terus dilakukan agar kesadaran pembudidaya meningkat,” ujar Bandi.
Ia juga mengingatkan bahwa perubahan cuaca dan musim kemarau berdampak langsung pada ekosistem perairan, sehingga keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kualitas budidaya menjadi kunci keberlangsungan produksi ikan di Banjar.
