Simulasi ini digelar sebagai bagian dari rangkaian pelatihan JC V yang diselenggarakan oleh Barit 78, organisasi media yang konsisten membina calon jurnalis muda di Kalimantan Selatan. Dalam kegiatan tersebut, peserta diajak berperan langsung dalam suasana konferensi pers layaknya peliputan sungguhan.
“Salah satu inti pelatihan tahun ini adalah membekali peserta dengan pengalaman lapangan. Karena seluruh panitia JC merupakan wartawan aktif, kami ingin memberikan gambaran realistis seperti apa dinamika liputan, termasuk saat menghadapi aparat penegak hukum,” ungkap Ramadhani, panitia pelaksana JC.
Dalam simulasi tersebut, peserta dihadapkan pada kasus sensitif, yakni rudapaksa terhadap santri dan santriwati di bawah umur, isu yang belakangan marak diberitakan di media. Tema ini dipilih untuk menguji kepekaan peserta dalam memilah fakta, bertanya kritis, serta memahami pentingnya sumber resmi.
“Tujuannya bukan sekadar belajar teknik wawancara, tapi juga mengasah intuisi jurnalistik mereka dalam membedakan mana informasi valid dan mana yang berpotensi hoaks,” jelas Ramadhani.
Ia menegaskan, konferensi pers merupakan sumber informasi primer dan sahih dari pihak berwenang, seperti kepolisian. Karena itu, peserta diharapkan dapat memahami bahwa berita yang layak dikonsumsi publik harus melalui verifikasi yang ketat.
“Setelah mengikuti simulasi ini, peserta bisa melihat langsung bahwa konferensi pers merupakan bentuk komunikasi resmi. Jadi, jangan mudah percaya pada informasi yang beredar tanpa konfirmasi dari sumber yang kredibel,” tegasnya.
Dengan pendekatan langsung seperti ini, JC V berharap dapat mencetak jurnalis muda yang tidak hanya cekatan di lapangan, tetapi juga bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang benar.