Musibah ini bermula saat sebuah excavator terbalik di aliran Sungai Stagen pada Rabu (21/5). Diduga akibat pergeseran tanah dan arus yang deras, alat berat tersebut tergelincir ke sungai bersama sang operator yang saat itu berada di dalam kabin.
Tim SAR Gabungan yang terdiri dari Pos SAR Kotabaru, TNI-Polri, BPBD, DAMKAR, Dishub, BPK Stagen, hingga relawan dan masyarakat, langsung bergerak cepat melakukan pencarian. Mereka menyisir sungai dengan perahu karet, alat aquaeye, dan perlengkapan penyelamatan air lainnya, menghadapi tantangan besar seperti air keruh, arus deras, hingga potensi kemunculan buaya.
“Korban kami temukan dalam keadaan meninggal dunia, sekitar 500 meter dari lokasi awal kejadian. Setelah proses evakuasi, jasad langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans BPK Stagen,” ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Banjarmasin.
Pihaknya menyatakan, operasi SAR resmi ditutup setelah korban berhasil ditemukan dan dievakuasi dengan aman. Ia juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban.
“Musibah ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan kerja di area rawan kecelakaan air. Kami mengapresiasi sinergi luar biasa dari semua pihak yang terlibat—ini adalah bukti nyata semangat kemanusiaan yang tinggi,” lanjutnya.
Kematian Suparno menyisakan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi warga sekitar yang mengenalnya sebagai sosok pekerja keras. Peristiwa ini menambah catatan kelam betapa berbahayanya medan kerja di wilayah sungai, terutama saat musim penghujan dan kondisi tanah yang labil.