REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, selama ini dikenal dengan panorama laut biru yang memesona dan pulau-pulau eksotis yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Namun di balik pesona alamnya yang menawan, tersembunyi persoalan serius yang hingga kini belum terpecahkan: kondisi jalan yang rusak dan proyek jembatan strategis yang terbengkalai.
Apansyah, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur yang berasal dari Daerah Pemilihan VI, menyoroti masalah ini dengan nada keprihatinan sekaligus dorongan untuk bertindak cepat.
Menurutnya, persoalan infrastruktur di Berau sudah terlalu lama menjadi hambatan bagi perkembangan ekonomi lokal, terutama sektor pariwisata yang seharusnya menjadi ujung tombak kemajuan daerah.
“Fokus kami di Komisi III jelas, yaitu memperjuangkan pembangunan infrastruktur jalan dan konektivitas yang lebih baik untuk Berau,” ujar Apansyah dalam keterangannya.
“Masyarakat di daerah, termasuk wisatawan domestik, masih menghadapi kesulitan besar akibat kondisi jalan yang rusak dan belum memadai. Ini jelas menjadi penghalang utama dalam mengembangkan potensi wisata yang besar di Berau,” sambungnya.
Salah satu titik krusial yang menjadi perhatian Apansyah adalah Jembatan Sei Nibung, yang seharusnya menjadi penghubung vital antara Kabupaten Berau dan Kutai Timur.
Jembatan ini dirancang untuk mempercepat mobilitas masyarakat, memperlancar distribusi barang, dan membuka jalur akses baru bagi wisatawan. Sayangnya, proyek ini hingga kini masih jauh dari kata rampung.
“Kita sudah jauh tertinggal dalam pembangunan Jembatan Sei Nibung,” tegas Apansyah. “Padahal, jembatan itu merupakan jalur utama yang strategis. Jika saja pembangunannya dapat segera dilanjutkan dan diselesaikan, tentu manfaatnya akan sangat besar bagi masyarakat maupun sektor pariwisata.”
Apansyah menegaskan, bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya soal memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga menyangkut keadilan pembangunan.
Ia mengingatkan bahwa daerah-daerah yang memiliki potensi besar seperti Berau seharusnya mendapatkan perhatian lebih, bukan malah tertinggal karena minimnya dukungan infrastruktur.
“Infrastruktur bukan sekadar proyek betonisasi,” lanjutnya. “Ini adalah wujud nyata kehadiran negara di tengah masyarakat. Ketika akses jalan dan jembatan diperbaiki, itu berarti membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan kesejahteraan, dan mempercepat kemajuan daerah.”
Melihat kondisi yang ada, Apansyah menyerukan perlunya sinergi kuat antara pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat.
Ia menegaskan bahwa tanpa kerja sama dan koordinasi yang baik, percepatan pembangunan tidak akan mungkin terwujud.
“Kami di DPRD Kaltim berkomitmen untuk terus mengawal persoalan ini. Kita akan mendorong agar pembangunan jalan dan penyelesaian jembatan Sei Nibung menjadi prioritas utama. Pemerintah daerah juga harus lebih proaktif, jangan menunggu, tapi berinisiatif membangun komunikasi intensif dengan provinsi maupun pusat,” ungkapnya.
Menurut Apansyah, potensi wisata bahari Berau sangat besar dan bisa menjadi ikon baru pariwisata Kalimantan Timur, bahkan nasional. Namun tanpa didukung akses jalan dan jembatan yang memadai, potensi tersebut hanya akan menjadi cerita tanpa realisasi nyata.
“Berau bisa menjadi primadona pariwisata, bukan hanya untuk Kaltim tapi juga Indonesia. Tapi kita harus mulai dari hal paling dasar: aksesibilitas. Jalan yang mulus, jembatan yang kokoh, itu adalah kunci membuka semua peluang besar yang kita punya,” pungkasnya penuh optimisme.
Dengan semangat dan dukungan politik yang kuat dari para wakil rakyat seperti Apansyah, masyarakat Berau berharap segera melihat perubahan nyata.
Karena di balik setiap jalan yang diperbaiki dan jembatan yang tersambung, tersimpan harapan besar untuk masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.