REDAKSI8.COM, BANJAR – Dalam upaya mengurangi timbunan sampah plastik dan meningkatkan kesadaran warga terhadap pentingnya memilah sampah, Bank Sampah Sekumpul bekerja sama dengan Pemerintah Kelurahan Sekumpul menghadirkan tempat sampah khusus yang dibuat dari kawat. Tempat sampah ini diperuntukkan bagi sampah botol plastik, gelas plastik, dan kaleng.
Lurah Sekumpul, Abdullah HB, dalam peluncurannya menyampaikan bahwa tempat sampah ini merupakan langkah nyata dalam mengurangi limbah plastik yang sulit terurai.
“Sampah plastik tidak mudah terurai. Karena itu, kami bersama Bank Sampah Sekumpul berinisiatif membuat tempat sampah khusus agar warga bisa memilah botol plastik, gelas plastik, dan kaleng sejak dari sumbernya,” ujarnya.
Tempat sampah kawat ini nantinya akan ditempatkan di sejumlah titik strategis, seperti Taman Sekumpul dan area sekitar Jalan Taufik. Saat ini, baru tersedia enam unit, namun pihak kelurahan berharap partisipasi warga bisa membantu menambah jumlahnya.

Abdullah juga mengimbau warga Sekumpul untuk mulai memilah sampah dari rumah. “Kami mengajak warga dan pengunjung Sekumpul untuk lebih peduli, membuang sampah sesuai jenisnya. Ini akan sangat membantu mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Bank Sampah Sekumpul, Dewi Heldayati, menekankan bahwa tempat sampah pilah ini bukan hanya solusi sementara, tetapi langkah jangka panjang untuk mengelola sampah dengan bijak. “Kita semua punya tanggung jawab untuk mengurangi timbunan sampah. Dengan memilah antara sampah yang bisa dan tidak bisa didaur ulang, residu yang masuk ke TPA akan jauh lebih sedikit,” jelas Dewi.
Ia menambahkan bahwa sampah plastik dan kaleng yang terkumpul nantinya akan diangkut oleh petugas Bank Sampah Sekumpul untuk didaur ulang. “Sampah ini masih memiliki nilai ekonomi. Maka dari itu, tempat ini sangat penting untuk mengedukasi masyarakat agar terbiasa memilah.”
Menariknya, tempat sampah dibuat dari kawat agar isi di dalamnya terlihat jelas. “Kalau tempat sampah tertutup, biasanya warga malas memilah. Dengan model kawat ini, orang akan lebih sadar, bahkan malu kalau membuang sampah tidak sesuai jenisnya,” pungkas Dewi.
Langkah ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengelola sampah secara cerdas, kreatif, dan kolaboratif.

