REDAKSI8.COM, BANJAR – Setelah karyawan PT Rizky Aulia Mandiri (PT RAM) mengadu ke DPRD Kabupaten Banjar terkait gaji yang belum dibayar sejak Nopember 2024 hingga Maret 2025, Direktur perusahaan, Muhammad Maulana Darmawan SE, akhirnya angkat bicara.
Maulana mengungkapkan bahwa total gaji yang tertunggak mencapai Rp360 juta lebih dan telah dilunasi seluruhnya pada hari ini.
“Total yang harus kami bayarkan sebesar Rp360 juta lebih untuk seluruh gaji karyawan, dan kami pastikan sudah lunas kami bayarkan hari ini,” tegasnya, Kamis (27/3/2025).
PT RAM, yang merupakan subkontraktor dari PT Kami Inti Selaras (KIS), mulai menggarap tambang batu bara di Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar sejak Januari 2024 hingga Februari 2025. Namun, perusahaan justru mengalami kerugian besar.
“Selama 14 bulan, hanya dua bulan yang profit. Dari total Rp21,7 miliar lebih pengeluaran operasional, hasil yang didapat hanya sekitar Rp16 miliar. Jadi, secara keseluruhan kami tidak untung, malah minus,” ungkap Maulana.
Menurutnya, salah satu faktor utama kerugian ini adalah ketidakterbukaan pimpinan manajemen site di lapangan. Mereka menentukan target produksi, meminta modal kerja, hingga merekrut karyawan, tetapi hasil yang dicapai jauh dari target.
Saat Maulana dan tim turun langsung ke lapangan, mereka menemukan fakta mengejutkan: situasi di lapangan tidak sesuai dengan laporan yang diberikan oleh pimpinan site. Bahkan, banyak gaji karyawan yang tertunggak akibat buruknya manajemen di lokasi.
“Kami mempertanyakan mengapa bisa rugi dan hasil di bawah target, tetapi manajemen site kurang terbuka. Akhirnya, kami memutuskan untuk menutup proyek,” ujarnya.
Dalam mediasi sebelumnya, telah disepakati bahwa Rp100 juta dari total Rp360 juta dibayarkan lebih dulu, sementara sisanya akan dibayarkan setelah Lebaran. Namun, kesepakatan ini ternyata masih memicu ketidakpuasan di kalangan karyawan.
“Setelah mediasi, ada lagi suara-suara yang tidak sepakat hingga akhirnya mereka berdemo ke DPRD Banjar. Yang mengejutkan, pimpinan manajemen site juga ikut serta dalam aksi tersebut. Ini sangat kami sayangkan, padahal kami sudah berupaya menyelesaikan masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka,” jelasnya.
Demi mengakhiri konflik dan menjaga kondusivitas, Maulana akhirnya memutuskan untuk melunasi seluruh gaji karyawan dan menghentikan proyek secara total. Di sisi lain, pihaknya juga akan melakukan investigasi menyeluruh terhadap kerugian perusahaan.
“Kami akan menyelidiki bagaimana manajemen di lapangan bisa menyebabkan kerugian sebesar ini. Ke depan, kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi,” pungkasnya.

