REDAKSI8I.COM, BANJARMASIN – Kota seribu sungai, itulah julukan untuk Kota Banjarmasin yang dulunya menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan.

Sebagai kota yang setiap sisinya begitu erat berdampingan dengan sungai, dulunya sungai-sungai disana dimanfaatkan sebagai jalur transportasi utama bagi masyarakat Banjarmasin.

Namun seiring zaman yang kian berkembang, transportasi jalur air sudah semakin sedikit.
Sekarang, sungai-sungai disana hanya dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu saja, jarang sekali jadi jalur transportasi utama.
Salah satunya dimanfaatkan sebagai jalur wisata susur sungai.
Wisata susur sungai khususnya Sungai Martapura menggunakan kelotok (perahu bermesin) setiap akhir pekan ramai didatangi sejumlah wisatawan.
Wisata susur sungai ini berada ditepian siring Menara Pandang, Jalan Kapten Pierre Tendean, Banjarmasin.
Pengelola perahu mesin wisata susur Sungai Martapura di Banjarmasin, Saibani atau akrab disapa paman klotok, sudah menggandrungi pekerjaan tersebut selama hampir 35 tahun.
Selama bertahun-tahun, Saibani telah mengangkut penumpang dari berbagai tujuan termasuk Benua Anyar, Ujung Murung, dan sekitarny.
Ia mengaku usaha antar jemput penumpang wisata itu sempat pakum di tahun2000 an. Namun bangkit lagi sekitar 10 tahun yang lalu.
Sebab, ada potensi pekerjaan yang bisa diperolehnya melalui wisata susur sungai menggunakan perahu mesin miliknya.
“Akhir pekan biasanya ramai dan banyak yang naik,” cetusnya.
Ia mengaku, pernah membawa penumpang sampai lima puluh perjalanan dalam sehari, terutama dari sabtu malam dan minggu siang.
Di musim kemarau saat ini maupun musim penghujan, baginya tidak ada perbedaan signifikan secara pendapatan.
Tapi yang paling berpengaruh di pekerjaannya itu pasang surut air sungai. Dampaknya acap kali pada jarak tempuh perjalanan.
“Itu tergantung perjalanannya, bila airnya pasang bisa sampai satu jam, bila airnya surut tiga puluh lima menit sampai (ketujuan<-red),” bebernya.
Tarif yang ditawarkan dalam wisata susur sungai ujarnya bervariasi, dari Rp5 ribu sampai Rp30 ribu.
Tujuan susur sungainya anatara ke Pasar Antasari, Kampung Hijau dan Pulau Kembang.
“ke Kampung Hijau 10 ribu, Pasar Antasari 5 ribu, ke Pulau Kembang hari minggu 30-an ribu,” rinci Saibani.
Ia ingin, pemerintah setempat memberikan lebih banyak bantuan untuk pengembangan wisata kelotok.
Seperti bantuan Life Jacket atau perlengkapan lain yang bisa menunjang pekerjaan para paman kelotok disana.
Seorang pengunjung dari Serawak, Malaysia, Haziq Noorazmi mengungkapkan sudah beberapa kali naik kelotok.
“Sudah pernah tiga atau lima kali,” ucapnya.
Menurutnya naik kelotok seru karena bisa melihat pemandangan di malam hari.
“Rasanya seru, melihat lampu-lampu di sekeliling kampung gitu, trus lihat kampung hijaunya lagi, semuanya hijau,” terang Azmi.
Tidak jauh beda dengan Azmi, Erma Rahmawati pengunjung lokal, mengaku sudah lebih dari 5 kali menaiki kelotok susur sungai ini,
“Lima kali lebih kayaknya,” ungkapnya.
Alasan dirinya menyukai wisata itu karena nyaman melihat pemandangan sungai dan merasa lebih tenang.
“Nyaman, seperti melihat pemandangan laut (Sungai), lebih tenang. Ada angin-angin, tenang lah pokoknya,” ungkapnya.
Dia berharap agar nantinya bagian atas kelotok diberi pengaman seperti pagar untuk keamanan pengunjung.
“Menurut saya, kayaknya kelotoknya itu lebih kaya ada apa itu samping-sampingnya, supaya lebih aman bagi pengunjung. Kaya di pagar, karena duduknya di atas, supaya lebih aman pengunjungna,” tandasnya.