REDAKSI8.COM – Sebanyak 12 ekor Sapi jenis limosin hari ini tiba di Desa Mandikapau Timur, Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, Rabu (3/7).

Menggunakan Dana Desa (DD), sapi-sapi tersebut menurut Kepala Desa Mandikapau Timur, Supiani Abdullah, dijadikan sebagai salah satu unit usaha milik desa.

“Usaha penggemukan sapi limosin ini dibawah Badan Usaha Milik Desa (Bumdes),” Bebernya kepada Reporter.
“Saya sendiri pernah melakoni usaha ini beberapa tahun yang lalu. Jadi saya sangat paham mengenai seluk beluk bisnis ini,” sambung Supian.
Harga beli satu ekor sapi tersebut katanya, sekitar Rp. 20 juta. Selama masa penggemukan kurang lebih 4 bulan kedepan, harga jual sapi jenis limosin itu akan naik mencapai angka Rp. 30 hingga Rp. 40 juta.
“Kami akan melakukan pembelian lagi menggunakan tahap ketiga dana desa, dengan jumlah yang sama” ungkap Supiani.
Alasan ia memilih usaha penggemukan sapi ini lebih jauh kepada Redaksi8.com, prospek usaha cukup besar.
Sapi potong yang mampu diproduksi secara lokal untuk pasar Kabupaten Banjar hanya 30%. Sementara, sisanya masih didatangkan dari luar daerah seperti pulau Jawa dan Sumbawa.

“Jadi prospek kota untuk memenuhi pasar lokal, terutama Kabupaten Banjar masih besar. Kami ingin agar dana desa yang kami miliki tidak habis jadi benda mati seperti infrastruktur saja,” jelasnya.
“Dana desa mungkin tidak selamanya kami terima, jadi lebih baik kami putar dan kembangkan melalui Bumdes,” tambah Supiani.
Unit penggemukan sapi milik desa Mandikapau Timur ini ungkapnya, tidak hanya mampu mendatangkan 12 ekor sapi saja, tapi juga diharapkan bisa menampung hingga 1000 ekor sapi.
“Tapi lahan yang digunakan untuk unit penggemukan sapi ini masih milik orang. Kami berencana membeli tanah yang lebih luas di seberang sungai, disitu nanti kami akan mengembang usaha ini menjadi lebih besar,” terangnya.
Selain potensi pasar yang menjadi daya dukung pengembangan usaha tersebut, “senjata” lain yang dimiliki Desa Mandikapau Timur dalam usaha penggemukan sapi ini ialah kawasan rumput gajah yang luas.

“Kami menggunakan teknik penggemukan dengan teknologi pakan. Tapi pakan sapi terlebih dahulu kami olah dengan metode fermentasi, sehingga pakan langsung dapat dicerna serta membuat ukuran sapi jauh lebih gemuk,” papar Supiani.
“Pengetahuan ini kami peroleh beberapa tahun yang lalu saat mengikuti pelatihan dari Dinas Peternakan Provinsi Kalsel yang mendatangkan ahlinya dari Bandung,” Lanjutnya.
Salah seorang pekerja di unit usaha tersebut, Saurillah (35) yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan usaha, menunjukkan, tandon yang akan dibuat menjadi tempat fermentasi paka, yang berjumlah 2 unit mesin pencacah rumput dan 8 unit tandon berukuran 1.200 liter.

“Cara kerjanya, pertama rumput kami masukkan ke mesin pencacah rumput supaya menjadi halus. Setelah itu rumput dimasukkan ke tandon bersama bungkil, dadak, tetes tebu dan sebagainya untuk difermentasikan selama 10 hari,” terangnya.
“Semakin lama difermentsi rumput akan semakin lembur seperti tapai, jadi lebih mudah dicerna oleh sapi dan tidak terbuang sia-sia,” Pungkas Saurillah.