REDAKSI8.C0M – Menyikapi alih fungsi lahan pertanian khususnya padi, menjadi kawasan pertokoan, perumahan hingga perkantoran di Kota Banjarbaru, yang dinilai “menggerogoti” hasil pangan, khususnya di daerah Kecamatan Cempaka.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarbaru lakukan inovasi agar hasil produksi pangan tetap stabil.
Mulai dari menggunakan sistem tanam padi 2 kali setahun, hingga diversifikasi tanaman.
“Lahan memang berkurang, namun kami pemerintah terus berupaya agar pangan di Banjarbaru terus stabil. Bahkan kabar baiknya hasil produksi dari tahun tahun yang lalu malah terjadi kenaikan,” ungkap Kepala Bidang Ketahanan Pangan DKP3 Kota Banjarbaru, Nefo Djumantoro, kepada reporter Redaksi8.com saat ditemui di kantor DKP3, Senin (24/6).
Ia menerangkan kawasan pangan dalam hal ini pertanian di Kota Banjarbaru saat ini tidak begitu nampak terkena dampak dari hasil alih fungsi lahan.
Dengan menerapkan inovasi menggunakan sistem tanam padi unggul sebanyak 2 kali dalam satu tahun tambahnya, sedikit bisa menambah nilai produksi padi pada tahun 2018.
“Bersama penyuluh dan petani yang bersangkutan, kami sedang menjalani program tanam 2 kali setahun. Walaupun belum semua petani yang menerapkan nya,” Terang Nefo.
Nefo memaparkan, penggunaan benih unggul hanya bisa diterapkan pada awal musim dan akhir musim penghujan saja. Lantaran, saat musim kemarau para petani biasanya agak kesulitan dalam hal perawatan.
“Karena ditempat kita ini tadah hujan, jadi agak sulit menanam saat musim kemarau,” jelasnya.
Selama musim kemarau lebih jauh kepada Redaksi8.com, pihaknya berupaya mengganti jenis komuditas yang perawatannya tidak begitu banyak memerlukan air. Seperti Jagung ataupun jenis sayur sayuran.
“Satu sisi lahan berkurang, satu sisi kita harus tetap mempertahankan hasil produksi. Salah satunya dengan diversifikasi tanaman,” tukas Nefo.
Akibatnya sambung Nefo, upaya tersebut pada akhirnya mampu memberikan warna baru terhadap hasil pertanian di Kota Banjarbaru.
“Semula komoditi padi kerap menjadi komoditi utama di Cempaka. Sekarang jagung mulai di gandrungi para petani, dan sudah banyak yang tanam jagung,” pungkasnya.
Kenaikan angka produksi padi dan jagung dapat dilihat pada buku Pedoman Program Intensifikasi Pertanian Tanaman Padi dan Palawija Tahun Anggaran 2017 – 2018.
Dimana hasil produksi padi di Kecamatan Cempaka sebanyak 4.996.32 Ton, meningkat menjadi 5.617 Ton.
Sementara komoditi jagung dari tahun 2017 ke 2018 juga mengalami kenaikan, yang awalnya hanya memproduksi 15.36 Ton, Tahun 2018 petani Cempaka berhasil memproduksi 433 Ton jagung.