Peristiwa tersebut membuat puluhan siswa harus mendapatkan perawatan intensif di sejumlah fasilitas kesehatan di Martapura. “Informasi awal menyebutkan, 22 orang telah diperbolehkan pulang, sementara 37 siswa masih menjalani perawatan, dan 5 siswa dirujuk ke rumah sakit,” lanjutan.
Komandan Kodim 1006/Banjar,
Letkol Inf Bambang Prasetyo Prabujaya, menjelaskan bahwa kondisi para korban secara umum kini sudah membaik.
“Sampai pukul 19.31 tadi, jumlah korban yang tercatat ada 63 orang. Angka ini terus berubah karena laporan masuk setiap menit. Namun secara umum kondisi mereka membaik. Sebanyak 22 orang sudah pulang,” jelasnya.
Dandim menambahkan, pihaknya bersama Dinas Kesehatan dan rumah sakit siaga akan terus melakukan pemantauan hingga dini hari.
“Kami menetapkan jam siaga sampai pukul 02.00 dini hari, karena efek keracunan biasanya masih bisa muncul hingga 12 jam setelah makanan dikonsumsi,” ujarnya.
Penanganan utama dilakukan di RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagai rumah sakit rujukan utama. Namun untuk mengantisipasi lonjakan pasien, RS Pelita Insani serta Puskesmas Martapura I dan II juga disiapkan sebagai tempat perawatan tambahan.
Letkol Bambang menegaskan bahwa seluruh biaya pengobatan ditanggung pemerintah daerah.
“Kami pastikan semua biaya perawatan gratis. Tidak ada penolakan pasien. Bila ada yang dialihkan ke rumah sakit lain, itu karena ruang perawatan penuh, bukan karena ditolak,” tegasnya.
Pihak Kodim bersama Dinas Kesehatan dan Kepolisian telah mengambil sampel makanan MBG untuk diuji di laboratorium. Hasil uji laboratorium akan menjadi dasar resmi penentuan penyebab pasti keracunan.
“Kami sudah kirim contoh makanan yang dimasak siang tadi ke laboratorium agar tidak simpang siur penyebabnya. Hasilnya nanti akan diumumkan oleh Dinas Kesehatan dan pihak kepolisian,” jelas Dandim.
Kasus keracunan ini terjadi pada siswa dari beberapa sekolah, di antaranya MAN, MTs, dan MI As-Salam, SDN Pesayangan 1, SD Muhammadiyah serta beberapa siswa dari Desa Tungkaran.
Diketahui dapur MBG di Desa Tungkaran setiap harinya memproduksi sekitar 2.400 hingga 3.000 porsi makanan untuk didistribusikan ke sejumlah sekolah di wilayah Banjar.
Sebagai langkah antisipasi, operasional dapur MBG di Desa Tungkaran sementara dihentikan untuk evaluasi. Kodim 1006/Banjar bersama pihak terkait akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh dapur MBG di Kabupaten Banjar dan Banjarbaru.
“Dapur Tungkaran kami hentikan sementara sampai hasil evaluasi keluar. Kami akan periksa seluruh dapur MBG karena kejadian ini menjadi pelajaran penting agar tidak terulang,” ujar Bambang.
Menurutnya, di wilayah Banjar terdapat sekitar 30 dapur MBG aktif, namun belum semuanya sempat diperiksa. Ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap sanitasi, proses memasak, dan bahan makanan.
Dandim juga menyampaikan apresiasi kepada media dan masyarakat atas kerja sama dalam penyebaran informasi yang akurat, serta mengimbau agar tidak menyebarkan isu liar atau informasi yang belum terverifikasi.
“Kami mohon jangan menyebut nama siapa pun sebelum ada data resmi. Semua pihak harus menunggu hasil laboratorium agar tidak terjadi kesalahpahaman,” tegasnya.
Selain itu, Kodim telah melaporkan kasus ini secara berjenjang kepada pimpinan dan pemerintah daerah. Penanganan lanjutan dilakukan sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.
Kejadian dugaan keracunan makanan bergizi gratis di Kabupaten Banjar ini menjadi peringatan penting bagi seluruh penyedia MBG untuk meningkatkan standar kebersihan dan pengawasan. Meski sebagian besar korban telah membaik, pemerintah dan aparat masih siaga hingga situasi benar-benar aman.
“Kita tidak boleh menyepelekan masalah ini, tapi juga tidak perlu panik. Yang penting evaluasi dan perbaikan harus dilakukan agar tidak terjadi lagi,” tutup Dandim Letkol Inf Bambang Prasetyo Prabujaya.