REDAKSI8.COM – Di musim kemarau seperti saat ini, rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.
Di Kota Banjarbaru, masih banyak lahan luas yang menjadi kawasan rawan karthutla, seperti kawasan di Kecamatan Landasan Ulin (Kelurahan Guntung Payung dan Kelurahan Syamsudin Noor), dan Kecamatan Cempaka.
Berdasarkan data dari BPBD Kota Banjarbaru, ada 50 titik sumur bor yang dibangun oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) Kalsel, yang tersebar di Kelurahan Syamsudin Noor dan Kelurahan Guntung Payung.
Di awal perencanaan pembangunannya, sumur bor ini diharapkan dapat difungsikan oleh petugas BPBD dan lainnya sebagai penyedia air untuk membantu proses pemadaman, jika terjadi karhutla.
Namun di lapangan, diduga masih banyak sumur bor itu tidak bisa difungsikan secara maksimal karena disebabkan oleh berbagai macam hal.
Seperti yang diungkapkan Plt Kalak BPBD Kota Banjarbaru melalui JFU Subbid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kota Banjarbaru, Yunus Ariyandie kepada Tim Liputan Redaksi8.com, saat meninjau ke sejumlah titik sumur bor di Kelurahan Guntung Payung dan Kelurahan Syamsudin Noor, Rabu (7/8).
Yunus, begitu ia biasa disapa menyampaikan, dari prioritas pembuatan sumur bor sebanyak 50 titik yang tersebar di Kelurahan Guntung Payung (30 titik), dan Kelurahan Syamsudin Noor (20 titik), ada sejumlah sumur bor yang tidak bisa difungsikan atau rusak dikarenakan faktor alam dan sebagainya.
“Ada sumur bor yang bagian pipanya terbakar, karena memang lokasi sumur bornya itu berada di kawasan rawan karhutla. Jadi pipanya meleleh, bahannya pipanya bukan terbuat dari besi,” kata Yunus.
Lebih lanjut Yunus menyampaikan, dari pantauan sementara di lapangan beberapa waktu lalu, dari 30 titik sumur bor yang ada di Kelurahan Guntung Payung, terdata hanya 11 sampai 14 sumur bor saja yang bisa difungsikan. Sedangkan di Kelurahan Syamsudin Noor sekitar 10 sumur bor.
“Kami bersama masyarakat, serta masyarakat peduli api (MPA) yang kami bentuk merasakan sumur-sumur bor yang ada belum bisa dimanfaatkan secara maksimal hingga saat ini, karena airnya bisa dikatakan tidak keluar (minim),” ungkap Yunus.
Yunus menambahkan, berdasarkan informasi dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Kalsel sebagai leading sectornya, anggaran untuk pembuatan sumur bor ini per titik/sumurnya sekitar Rp2,5 juta.
Untuk itu, pihaknya sebagai instansi berharap keberadaan sumur bor ini bisa mendapat perhatian lebih dari leading sector-nya, yaitu BRG.
“Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan, jangan membakar lahan saat hendak membuka lahan, karena ada sanksi hukumnya yang sudah diatur dalam Undang-Undang, bisa ancaman hukuman kurungan atau denda,” tutupnya.
Sementara itu, Korlap MPA dan BSN Syamsudin Noor, Marsudi membeberkan, sumur bor yang dibuat oleh BRG tersebut tidak bisa difungsikan secara maksimal dan optimal. Sehingga katanya, belum mampu untuk membantu proses pemadaman karhutla.
“Kalau disedot 1 sampai 2 menit, airnya tekor (tidak keluar lagi airnya),” ucap Marsudi.
“Jadi setelah kejadian beberapa kali karhutla, masyarakat kita ada swadaya dari Ketua Tim MPA dan Resque Barokah Syamsudin Noor itu membuat sendiri sumur bor, untuk membantu suplai air pemadaman (karhutla). Kalau untuk pembasahan (sumur bor hasil swadaya) itu tidak cukup,” terangnya.
Ia berharap, BRG bisa membuat sumur bor dengan kualitas yang lebih bagus.
“Untuk saat ini berdasarkan informasi, ada 20 titik sumur bor di Syamsudin Noor. Tapi mohon maaf, itu tidak ada fungsinya, jadi bikinlah yang lebih berfungsi daripada dana habis sia-sia,” ketusnya.