REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Berdasarkan hasil Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), prevalensi stunting di Kota Banjarbaru pada tahun 2022 turun.
Jika dibandingkan dengan tahun 2021, selisih persentasenya kurang lebih 4%.
Dimana pada tahun 2022, prevalensi stunting di Kota Banjarbaru mencapai 13,62%.
Semantara, di tahun 2021 lebih tinggi, yakni sebesar 17%.
“Penurunan prevalensi stunting merupakan salah satu indikator kinerja utama Pemerintah Kota Banjarbaru yang mendukung misi pertama, yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berakhlak mulia,” ucap Wakil Walikota Banjarbaru Wartono saat rembuk stunting aksi percepatan penurunan stunting, di Aula Gawi Sabarataan Balai Kota Banjarbaru, Selasa (8/8/2023).
Rembuk Stunting dilaksanakan kata Wartono setelah pemerintah kabupaten/kota memperoleh hasil analisis situasi, dan memiliki pemetaan program dan kegiatan percepatan penurunan stunting yang terintegrasi.
“Pemerintah Kota Banjarbaru melalui gerakan Basingsing (Banjarbaru Singkirkan Stunting) menjadi prioritas dalam percepatan penurunan stunting di Kota Banjarbaru. Dimana melalui kegiatan RT Mandiri dan Urban Farming,” terangnya.
Guna menyukseskan percepatan penurunan stunting di Kota Banjarbaru, Pemerintah akan terus membangun komitmen dan bekerja bersama dalam melaksanakan rencana program, kegiatan dan sub kegiatan intervensi percepatan penurunan stunting holistik, tematik, spasial dan terintegrasi.
Rembuk Stunting ini untuk menyampaikan hasil analisis situasi, pemetaan rencana program dan kegiatan intervensi percepatan penurunan stunting. Mendeklarasikan komitmen Pemerintah Kota Banjarbaru dan Forkopimda untuk menyepakati rencana program dan kegiatan intervensi Percepatan Penurunan Stunting terintegrasi.
Tujuan utama dari Rembuk Stunting ini yakni, meningkatkan kualitas kehidupan Masyarakat yang Sejahtera dan berakhlak mulia, serta meningkatkan indeks Pembangunan manusia di Kota Banjarbaru.