REDAKSI8.COM, BANJABARU – Selama perhelatan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) khususnya di Ibu Kota Provinsi (IKP) Kalimantan Selatan (Kalsel) Kota Banjarbaru, tidak adil rasanya jika netralitas hanya ditimpakan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) saja.
Media masa yang disebut-sebut sebagai kontrol sosial bahkan penyeimbang pun, semestinya berada pada koridor yang sama, memegang prinsip independen dan asas demokrasi.
Pengamat politik kondang di banua Badrul Ain Sanusi menilai, rekan-rekan pers setempat seharusnya tetap berimbang mengeluarkan produk jurnalistik yang berkaitan dengan para calon kepala daerah.
Jangan sampai katanya pers hanya memberitakan satu belah pihak saja, tapi mesti diimbangi dengan berita dari calon lain yang ikut andil pada pesta demokrasi.
Sebab bagi Badrul (panggilan akrabnya<-red), fungsi pers harus memberikan muatan yang edukatif kepada pembaca, bukan sebagai senjata kepentingan, apalagi malah jadi alat provokasi menjatuhkan lawan politiknya.
“Fungsi pers edukatif! Edukatif pencerahan terhadap masyarakat. Jangan sampai isinya fitnah, hoax dan sebagainya yang menimbulkan kegaduhan,” ucapnya kepada rekan-rekan media di kantornya, Rabu (7/8/2024) siang.
Secara hukum dia menegaskan, tugas pers hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai kontrol sosial dan penyeimbang opini yang bertebaran dipublik, bukan malah terjun ke dalam politik hingga memihak salah salah satu calon.
“Tugas pers itu bukan ikut kiri atau kanan, tidak! harus seimbang,” tegas Badrul.
Sementara itu, Ahli Pers Dewan Pers Kalsel Faturrhaman menambahkan, dalam kode etik jurnalistik sebagai seorang wartawan harus memegang teguh prinsip independen (bebas/merdeka<-red) dan mengusung asas demokrasi.
Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bisa bersuara dan berkomentar.
Khusus di ranah pilkada ujarnya, wartawan seharusnya menyiapkan ruang kepada semua calon untuk bisa muncul di media masa.
“Pers yang baik semestinya mampu membawa satu studi kasus kepada tiap-tiap calon kepala daerah untuk dimintai pandangan dan komentar,” terangnya kepada Redaksi8.com melalui sambungan telepon pukul 16.56 wita.
“Tapi kalau kita satu calon saja berati kita sudah memihak. Artinya sudah keluar dari koridor-koridor tadi (indenden dan asas demokrasi<-red),” tandas pria yang akrab disapa Bang Atui.